Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Industri: Impor Tembakau Untuk Penuhi Kebutuhan Produksi Rokok

Kompas.com - 03/10/2017, 20:45 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (Gaprindo) Muhaimin Moeftie menyatakan, pelaku industri rokok dalam negeri masih harus mengimpor tembakau dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan produksi rokok.

Muhaimin mengatakan, dalam satu tahun produksi rokok nasional mencapai 340 miliar batang dengan kebutuhan tembakau mencapai 340.000 ton.

"Satu batang rokok, butuh satu gram tembakau. Jadi kalau 340 miliar batang perlu 340.000 ton. Sedangkan produksi tembakau Indonesia 200.000 ton. Mau gamau impor," ujar Muhaimin saat saat diskusi dengan media di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta, Senin (3/10/2017).

(Baca: Mau Jadi Petani Tembakau Mitra Perusahaan, Apa Saja Syaratnya?)

Menurutnya, importasi tembakau diambil oleh pelaku industri, agar, lini produksi rokok dalam negeri dapat terus berjalan walaupun bahan baku tembakau dalam negeri masih kekurangan.

"Kalua enggak (impor) produksi enggak jalan. Belum hitung yang ekspor. Itu juga butuh tembakau. Jadi besar kekurangan," jelasnya.

Kendati demikian, Muhaimin menegaskan, pihaknya bukan tidak ingin menggunakan bahan baku tembakau dari dalam negeri, hanya saja ada beberapa varietas tembakau yang memang tidak bisa dihasilkan di Indonesia.

"Yang kami usulkan adalah bahwa melakukan semacam kemitraan. Ini sudah dilakukan di Lombok. Tembakau bagus. Dengan cara itu, produktivitas naik. Bisa 1,5 ton per hektar," jelasnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada semester I 2017 impor tembakau mencapai 252,6 juta dollar AS dengan volume 50.700 ton. Mengalami kenaikan jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya hanya 241,6 juta dollar AS dengan volume 37.600 ton.

Impor tembakau Indonesia berasal dari lima negara, China yang merupakan paling banyak volume impornya, hingga semester I 2017 mencapai 24.300 ton atau 101,8 juta dollar AS.

Di posisi kedua dari Brasil dengan volume mencapai 43.000 ton dengan nilai 30,9 juta dollar AS. Kemudian ketiga adalah Amerika Serikat dengan volume 4.000 ton atau setara 30,8 juta dollar AS

Selanjutnya, Turki, dengan volume sebesar 1.700 ton nilainya 12,0 juta dollar AS dan yang kelima adalah berasal dari India dengan volume 2.700 ton atau setara 10,5 juta dollar AS.

Kompas TV Kemarau masih melanda sejumlah daerah. Dampak kemarau tidak selamanya buruk bagi sebagian kalangan.


 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com