Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Persaingan Harga Rokok Melunak, Saham Tembakau Masih Menjanjikan

Kompas.com - 13/10/2017, 10:33 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Memasuki semester II 2017, perang kenaikan harga rokok mulai mereda, sejalan dengan kemunculan produk baru dengan harga bersaing. Dengan demikian, kinerja saham emiten tembakau diperkirakan masih netral.

Menurut PT Bahana Sekuritas, ada sejumlah hal yang menguntungkan industri tembakau pada tahun depan, yang jug amasih disertai beberapa risiko yang patut dicermati. Dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018, terlihat rencana kenaikan cukai tidak akan setinggi tahun ini.

"Dalam 5 tahun terakhir, rata-rata kenaikan cukai rokok lebih tinggi dari kenaikan inflasi, bila tahun depan kenaikan cukai rokok tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya, akan memberi dampak positif bagi industri rokok," kata analis Bahana Michael Setjoadi dalam laporannya, Jumat (13/10/2017).

(Baca: Semester I 2017 Belanja Iklan E-Commerce Naik, Rokok Turun)

Namun demikian, pemerintah semakin ketat mengatur iklan rokok yang dapat tayang di televisi ataupun di tempat umum. Selain itu, larangan merokok di tempat umum semakin digencarkan.

Dengan demikian, Bahana memperkirakan volume penjualan rokok tahun depan masih kontraksi 1 sampai 1,5 persen dibandingkan penjualan tahun ini yang diperkirakan turun sebesar 1,5 persen Volume produksi rokok diperkirakan akan mencapai 318,8 miliar batang pada 2018, naik dibandingkan perkiraan sekitar 315,6 miliar batang. 

Dari empat pemain besar di industri tembakau Indonesia, Bahana merekomendasikan beli untuk saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Pasalnya, pada tahun 2018 diperkirakan daya beli masyarakat akan kembali pulih, khususnya masyarakat menengah ke bawah yang pada umumnya adalah target pasar perseroan.

"Salah satu hal yang menolong pulihnya daya beli masyarakat adalah Pilkada dan kampanye pemilihan presiden yang diperkirakan akan dimulai pada paruh kedua tahun depan. Pilkada diperkirakan akan meningkatkan konsumsi untuk wilayah di luar kota," ungkap Michael.

Lebih rendahnya kenaikan cukai rokok pada tahun depan akanlebih menguntungkan bagi GGRM. Sehingga, laba bersih diperkirakan naik 6 persen menjadi Rp 7,25 triliun dari perkiraan laba bersih sepanjang 2017 sekitar Rp 6,85 triliun.

Bahana memperkirakan GGRM akan diperdagangkan sebesar 17,6 x PE pada 2018, dibandingkan dengan kompetitornya, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang diperkirakan akan diperdagangkan sebesar 34,9 x PE pada tahun depan. Target harga GGRM oleh Bahana sebesar Rp 79.000 per lembar.   

Adapun Bahana memperkirakan laba bersih HMSP hanya naik sekitar 1 persen menjadi Rp 12,87 triliun pada 2018, dari laba bersih tahun ini yang diperkirakan mencapai Rp 12,76 triliun. Bahana merekomendasikan beli dengan target harga Rp 4.200 per lembar.

Kompas TV Waspada! Rokok Elektronik Ternyata Bisa Meledak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com