Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

E-commerce Dinilai Bukan Penyebab Lesunya Ritel Konvensional

Kompas.com - 16/10/2017, 20:36 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Chief Executive Officer (CEO) Tokopedia William Tanuwijaya mengungkapkan, menurunnya industri ritel khususnya ritel konvensional sering dikaitkan dengan pesatnya pertumbuhan e-commerce di Indonesia. Hingga banyak yang beranggapan bahwa e-commerce menjadi penyebab menurunnya industri ritel konvensional.

Menurutnya, hal itu tidak tepat, sebab, saat ini transaksi e-commerce di Indonesia masih sebesar 1 persen dari total transaksi jual beli sektor ritel keseluruhan di Indonesia.

"Sekilas terlihat perkembangan e-commerce akhir-akhir ini sangat pesat. Tapi berdasarkan perkembangan data PwC research and insights, tahun lalu kontribusi transaksi e-commerce terhadap total (transaksi) retail di Indonesia baru 1 persen, artinya, di Indonesia hanya 1 dari 100 transaksi dilakukan secara online," ujar Wiliam di Kantor Pusat JNE, Tomang, Jakarta Barat, Senin (16/10/2017).

Menurut William, dibandingkan dengan China dan Amerika Serikat, transaksi e-commerce di Indonesia masih kecil dan perlu ditingkatkan dengan menyesuaikan perkembangan teknologi.

"Di Amerika Serika dan China angkanya sudah capai 14 persen. Jadi 1 dari 7 transaksi sudah dilakukan secara online," ungkapnya.

William mengatakan, masih kecilnya tingkat transaski e-commerce di Indonesia karena masih banyaknya masyarakat yang belum terjangkau akses perbankan ataupun memiliki rekening bank.

"Pengguna mobile di Indonesia sudah besar sekali, namun salah satu kendala untuk mencapai potensi (transaksi e-commerce) adalah jumlah pengguna bank di Indonesia masih terbatas, hanya 36 persen dari penduduk dewasa yang memiliki akun bank," papar William.

Menurutnya, peningkatan inklusi keuangan dan transaksi e-commerce di Indonesia akan terus bertambah, hanya saja diperlukan waktu untuk proses peningkatan tersebut.

"Hanya masalah waktu Indonesia bisa mencapai itu. Misalnya di negara China, dari 1 persen ke 10 persen hanya butuh waktu lima tahun," kata William.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com