Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Perhimpunan Pelajar Indonesia
PPI

Perhimpunan Pelajar Indonesia (www.ppidunia.org)

Bandara Internasional di Setiap Provinsi, Keuntungan atau Ancaman?

Kompas.com - 17/10/2017, 18:41 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

Dalam penerbangan regional antarbenua dengan pesawat besar, penumpang bisa berhenti di Singapura dan melanjutkan penerbangan ke kota-kota di Indonesia.

Jika penumpang dari luar negeri (Eropa, Amerika, dan sebagainya) akan ke Indonesia, penumpang tersebut bisa ke Kuala Lumpur atau Singapura baru melanjutkan perjalanan ke Indonesia.

Sebagai contoh, bagaimanakah dengan Bandara Internasional Juanda serta beberapa bandara lainnya di wilayah Jawa?

Fenomena yang menarik yang digambarkan Haryoto (2002) dalam bukunya yang berjudul "Transportasi Pro Rakyat", misalnya Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta, Bandara Adi Sumarmo Solo, Bandara Ahmad Yani Semarang.

Ketiganya adalah bandar udara internasional dengan beda jarak kurang dari 100 mil. Bandara-bandara tersebut diterbangi dari dan ke Singapura.

Itu sama saja menempatkan Singapura sebagai pintu gerbang Indonesia dan tidak ada efisiensi dalam perencanaan antara moda darat dan udara.

Masing-masing kota memiliki hubungan internasional sendiri sehingga akan mengakibatkan berkurangnya semangat negara kesatuan.

Alangkah baiknya jika di antara tiga kota yang berdekatan tersebut, cukup satu bandara internasional, sementara dua bandara lainnya dihubungkan dengan jalan KA atau jalan tol, misalnya bandara di Yogyakarta saja yang sudah dilengkapi stasiun KA.

Hal inilah yang harus diperhatikan oleh pemerintah di setiap provinsi. Sebagai contoh, di Jawa Timur sudah ada Bandara Internasional Juanda di Surabaya.

Mengapa tidak dibangun saja moda transportasi terintegrasi layaknya MRT di Singapura yang menghubungkan ke daerah sekitarnya, terutama Malang, Jember, atau Banyuwangi?

Mungkin bandara-bandara tersebut akan lebih efisien jika tetap diprioritaskan untuk penerbangan domestik, mendukung penerbangan domestik di Bandara Internasional Juanda yang katanya hampir overload.

Apabila nantinya bandara udara dikelola oleh beberapa pihak pun akan terjadi persaingan dan bisa dipastikan akan terjadi kompetisi antarbandara.

Ini adalah suatu hal yang baru. Maskapai penerbangan memang memerlukan bandar udara, tetapi yang mana?

Contohnya seperti ini. Pihak A membangun dan mengelola bandar udara di dekat Surabaya, yang kemudian berkompetisi dengan Bandara Juanda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com