Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada “Ritual” Cari Sinyal di Natuna

Kompas.com - 19/10/2017, 14:54 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

NATUNA, KOMPAS.com — Singgah ke Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, ada satu “ritual” yang akan dijumpai siapa saja. Namanya, “ritual” mencari sinyal.

Pada satu waktu, layar ponsel memasang bar sinyal penuh, penanda 4G pun muncul. Lain waktu, bar sinyal tetap penuh tetapi penandanya yang tampak adalah GPRS atau EDGE. Persamaan dari keduanya adalah sama-sama tidak selalu bisa dipakai.

“Dua tahun sampai satu tahun lalu, kondisinya lebih baik daripada sekarang," kata Asisten Daerah I Bidang Pembagunan Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Abdullah, Kamis (19/10/2017) pagi.

“Kami ini belum merdeka kalau soal sinyal,” kata salah satu warga Natuna, Hasdedy, sambil tertawa, saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (18/10/2017).

Paket data, ujar dia, lebih sering habis lebih dulu masa berlakunya daripada kuota datanya. Dengan nada becanda, dia pun bilang, setiap kali orang Natuna ke Batam, aktivitas yang pasti dilakukan adalah mengoptimalkan fungsi ponsel dan jaringan internet.

Baca juga: Investasi Rp 721 M untuk Riau dan Kepri, PLN Tambah 22 Mesin Pembangkit di Natuna

Bagi warga pendatang, kondisi sinyal buruk ini makin menjadi-jadi terasa sesaknya.

“Mau kasih kabar keluarga susah. Baru kalau ke Batam, merdeka (koneksi dengan sinyal dan internet),” ujar Wahyu Dwi Prasetyo, lelaki asal Jakarta yang mendapat penempatan tugas di Natuna.

Belum lagi masalah pekerjaan. Pengiriman data apalagi dokumentasi berupa foto dan video adalah tantangan besar.

“Sering kami dapat komentar, pesan sudah dibaca tetapi kok tak juga ada balasan,” imbuh Hasdedy.

Kejadiannya, sinyal memang timbul tenggelam di Natuna. Ketika sinyal sedang berkenan singgah, sederet pesan lalu berentet masuk ke ponsel di genggaman. Namun, belum tentu sinyal singgah itu bertahan lama bahkan untuk sekadar mengirimkan jawaban pesan.

Kompas.com dan rombongan wartawan dari Jakarta yang sedang meliput kelistrikan di Natuna pun tak urung berurusan dengan “ritual” mencari sinyal itu sejak Rabu (18/10/2017) pagi hingga Kamis (19/10/2017) siang.

Tantangan jadi makin berasa ketika agenda peliputan padat merayap, sejumlah data bertebaran, tapi tak ada sinyal di ponsel bahkan sekadar untuk berkirim pesan dan telepon.

“Kalau cuma mau SMS dan telepon, coba ubah seting ponsel ke 2G,” kata salah satu pegawai hotel Natuna, Rabu malam.

Saran tersebut lumayan tokcer akhirnya. Namun, kadang-kadang butuh beberapa kali upaya untuk telepon dapat bersambung. Suara putus-putus atau berdengung adalah bonusnya.

Pesan layanan singkat (SMS) sama tak jelasnya. Dikirim pagi, belum tentu siang sudah terkirim. Lebih sering, pemberitahuan pesan gagal terkirim yang mampir ke kotak pesan masuk ponsel saat sesaat sinyal melintas.

Halaman:



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com