Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ritel Modern Berguguran dan Abnormalitas Daya Beli

Kompas.com - 30/10/2017, 18:05 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Satu per satu ritel modern ternama memutuskan untuk menutup beberapa gerainya. Berbagai analisis mengemuka, mulai dari penurunan daya beli hingga tekanan dari belanja online.

Ekonom Institute For Economic and Development Finance (Indef) Bima Yudhistira menilai, tutupnya beberapa gerai retail sebenarnya disebabkan abnormalitas daya beli masyarakat.

"Bagi konsumen kelas menengah ke bawah, daya belinya memang turun," ujarnya kepada Kompas.com, Jakarta, Senin (30/10/2017). Hal itu tutur dia, dibuktikan dari nilai tukar petani yang lebih rendah dalam 3 tahun terakhir, begitu juga upah riil buruh tani dan upah riil buruh bangunan juga terus menurun.

Sementara itu, kelompok 20 persen pendapatan teratas cenderung menahan belanja dan terjadi perubahan pola konsumsi. Kelompok masyarakat itu kata Bima, memiliki uang akan tetapi tidak dibelanjakan, namun ditabung ke bank.

(Baca: Ritel Modern Berguguran, Begini Strategi Mengerek Omzet Penjualan)

"(Buktinya) Tingkat pertumbuhan dana tabungan naik cukup tinggi dibanding tahun lalu," kata Bima.

Adapun sebagian masyarakat berpenghasilan paling atas sudah beralih ke online lantaran sudah melek teknologi. Kalaupun pergi ke mall, maka lebih memilih makan direstoran atau cafe ketimbang berbelanja barang atau pakaian.

Berdasarkan data riset BCA tutur Bima, pusat perbelanjaan di Jabodebek yang menjual fashion turun rata-rata 20 persen pada semester I-2016. Di sisi lain, pusat perbelanjaan yang sekaligus jadi pusat kuliner justru naik lebih dari 18 persen.

"Jadi solusinya pemerintah harus memberikan stimulus bagi ritel konvensional," kata Bima.

Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengungkapkan, ada berbagai hal "gila" yang membuat para pengusaha department store pusing dan memilih untuk menutup gerai-gerainya.

"Cost (operasional departemen store) makin menggila," kata Wakil Ketua Aprindo Tutum Rahanta dalam acara talkshow Trijaya FM di Jakarta, Sabtu (28/10/2017).

Di tengah persaingan sesama ritel, pengusaha department store juga harus berjuang bertahan di tengah perkembangan pesat online shop. Hal ini dinilai sebagai salah satu penyebab berkurangnya pengujung pusat perbelanjaan.

Di sisi lain, tutur Tutum, pengusaha department store juga harus mengeluarkan biaya operasional. Parahnya tutur dia, biaya operasional departemen store kian hari justru makin melonjak, sehingga menambah pusing.

"Sewa tempat makin tinggi, gaji pegawai tinggi, sementara orang yang datang makin sedikit," ujarnya.

Akibatnya, para pengusaha department store memilih untuk menutup beberapa gerainya. Hal itu dilakukan agar biaya operasional tidak semakin membengkak dan membebani keuangan perusahaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com