Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arcandra Tahar Buka-bukaan soal Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Kompas.com - 03/11/2017, 20:16 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memaparkan hasil diskusi pihaknya dengan berbagai pemangku kepentingan di DPR RI soal tenaga nuklir sebagai pembangkit listrik di Indonesia.

Dia menyebutkan, beberapa kali wacana ini dikemukakan oleh anggota dewan tentang mengapa Indonesia tidak membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) hingga topik itu dibawa ke sebuah forum diskusi.

"Pihak yang diundang adalah semua stakeholder baik dari pemerintah, akademisi, maupun dari dunia usaha. Beberapa penggiat nuklir juga diundang, di antaranya dari Kementerian ESDM, Batan (Badan Tenaga Nuklir Nasional), BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ITB (Institut Teknologi Bandung), Menko Perekonomian, Kementerian Perindustrian," kata Arcandra dalam konferensi pers di kantor Kementerian ESDM, Jumat (3/11/2017) malam.

Dia mengungkapkan, bahasan dalam diskusi tadi tidak lagi membicarakan tentang peraturan dan regulasi, karena sudah terlalu sering dibahas. Diskusinya adalah seputar apakah Indonesia punya sumber daya untuk reaktor nuklir, bagaimana mendapatkan sumber daya yang dimaksud, teknologi yang digunakan, biaya membangun PLTN di Indonesia, hingga kesiapan masyarakat menerima PLTN.

Baca juga : Anggota Komisi VII DPR Dorong Pemerintah Segera Realisasikan PLTN

Rusia akan mulai mengoperasikan PLTN terapung pertama di dunia pada tahun 2016. www.okbm.nnov.ru Rusia akan mulai mengoperasikan PLTN terapung pertama di dunia pada tahun 2016.
Soal sumber daya, yang dimaksud Arcandra adalah uranium dan thorium. Dalam diskusi itu, dijelaskan bahwa yang paling memungkinkan untuk digunakan sebagai sumber daya PLTN di Indonesia nantinya adalah uranium.

Hal itu dikarenakan belum ada teknologi yang terbukti aman dan siap jika menggunakan thorium sebagai bahan baku PLTN. Menurut pihak Batan, thorium ke depan bisa dipakai tetapi butuh waktu hingga sepuluh tahun untuk memastikan kandungan tersebut aman digunakan.

"Berapa banyak technology provider yang mampu membangun PLTN? Sudah banyak, di dunia banyak sekali. Salah satu yang sudah datang ke kementerian adalah dari Rusia dan mereka pun sudah melakukan beberapa studi dan menyampaikan juga kira-kira ini biayanya berapa ya," tutur Arcandra.

Lebih jauh lagi, Arcandra juga menuturkan ada bahasan mengenai berapa besar biaya untuk pengeluaran modal jika PLTN dibangun di Indonesia. Meski pembicaraan sudah sejauh itu, Arcandra masih harus mengkaji lebih jauh berbagai macam aspek sebelum memastikan PLTN akan dibangun di Indonesia.

Baca juga : Nuklir dari Thorium, Masa Depan Energi Indonesia?

Kompas TV Antisipasi Bahaya Nuklir, Warga Korsel Siapkan Tas Darurat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com