SURABAYA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi guna menstabilkan nilai tukar rupiah yang sempat melemah terhadap dollar AS. Langkah ini membuat cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2017 turun menjadi 126,5 miliar dollar AS dari sebelumnya 129,4 miliar dollar AS.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan, sasaran kebijakan nilai tukar bank sentral adalah melakukan stabilisasi rupiah sesuai dengan fundamentalnya. Dengan demikian, bank sentral tak memiliki target khusus mengenai nilai tukar rupiah.
"Kita tidak menargetkan levelnya. Dengan demikian, pergerakan naik-turunnya rupiah didasarkan demand (permintaan) di pasar," kata Perry di sela-sela konferensi pers Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Grand City, Surabaya, Rabu (8/11/2017).
Perry mengungkapkan, bank sentral menjaga stabilitas dan tren pergerakan nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya. Untuk itu, BI selalu melakukan asesmen dan stabilisasi. "Kalau (rupiah) terdepresiasi dan menimbulkan instabilitas, kami akan lakukan intervensi," ujarnya.
Baca juga : Rupiah Diprediksi Tidak Terpengaruh Kenaikan Suku Bunga The Fed
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah hari ini ditutup pada level Rp 13.514 per dollar AS, menguat 1 poin atau 0,01 persen. Pada pembukaan perdagangan hari ini, rupiah berada pada level Rp 13.525 per dollar AS.
Perry mengungkapkan, tren pembalikan modal asing yang menyebabkan melorotnya nilai tukar rupiah beberapa waktu lalu disebabkan tiga faktor. Namun, faktor tersebut lebih bersifat teknikal dan bukan fundamental.
Faktor pertama adalah ada rencana kenaikan suku bunga acuan AS, yang sudah diperhatikan oleh BI. Kedua, ada proses pemilihan pimpinan The Fed.
Ketiga adalah rencana kebijakan perpajakan yang bakal diterapkan pemerintahan Presiden Donald Trump. Kebijakan ini diekspektasikan bakal mendorong perekonomian AS lebih tinggi dan kenaikan suku bunga acuan.
"Lebih ke faktor-faktor teknikal, mendorong investor jangka pendek yang membeli surat-surat utang Indonesia keluar. Mereka kalau terjadi uncertainty (ketidakpastian) keluar dulu, kemudian kalau ada celah masuk maka akan masuk lagi," sebut Perry.