Kuriyen memulai Revolusi Putih dari Provinsi Bombay (sekarang bagian dari Gujarat) di India barat. Koperasi mendapat susu segar hasil perahan para petani di desa, kemudian mengolah dan menjual susunya dengan merk AMUL.
Susu AMUL yang produksinya melibatkan ribuan petani mendapat dukungan kuat dari para perangkat desa setempat.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Pada 1970, Perdana Menteri India Lal Bahdur Shastry melalui National Dairy Development Board (NDDB) mencanangkan program Operation Flood atau White Revolution, yaitu program nasional untuk meningkatkan produksi susu. Kuriyen langsung didapuk sebagai ketua program.
Dengan dukungan dana dari Bank Dunia dan Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), program ini banyak melibatkan ahli terutama di bidang teknologi, sains dan pemasaran. Banyak ahli disebar ke desa-desa untuk meningkatkan produksi dan kualitas susu dari petani.
Koperasi memainkan peran vital sebagai pengumpul susu, penyimpanan, penguji kualitas, pengolah susu (ke berbagai macam produk) dan pemasaran. Program ini diklaim merupakan program susu terbesar di dunia.
Dalam implementasinya, Operation Flood terbagi dalam tiga fase. Pada fase pertama dari 1970 hingga 1980, ada sekitar 18 pusat produksi yang merambah provinsi lain, seperti Uttar Pradesh, Rajasthan, Andhra Pradesh, Punjab, dan Haryana.
Pada tahap ini, produksi melibatkan 13.000 koperasi dengan dan 1,5 juta petani. Jaringan kuat sudah terbangun antara produksi di desa dan pasar di kota-kota besar, seperti New Delhi, Mumbai, Chennai dan Kolkata.
Kini produksi tidak hanya berupa susu segar, tetapi juga sudah diolah menjadi susu bubuk dan mentega.
Pada fase kedua, produksi melibatkan 4,2 juta petani dan 34.500-an koperasi desa. Pada tahap ini, program Revolusi Putih sudah menghasilkan jutaan liter susu per hari dan India sudah tidak perlu impor susu (swasembada).
Pada fase ketiga (1985-1996), gerakan ini semakin ekspansif dengan merambah 150.000 desa di 265 kecamatan (distrik). Dengan melibatkan sekitar 73.000 koperasi dan 93 juta petani, susu yang diperoleh dari petani sekitar 26 juta liter per hari.
Pada tahap ini, program juga memprioritaskan partisipasi wanita di pedesaan sebagai pemerah susu. Jadi semacam ada pembagian tugas, para suami tetap berkerja di sawah atau ladang, sementara wanita/istri menjadi pemerah susu. Perempuan ikut berperan aktif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan.