Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pikul Beban Keuangan hingga Rp 19 Triliun, Pertamina Diminta Efisien

Kompas.com - 12/11/2017, 22:03 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu PT Pertamina (Persero) menyatakan menanggung beban keuangan sebesar Rp 19 triliun hingga kuartal III 2017.

Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik menyatakan, beban keuangan itu disebabkan penugasan BBM Satu Harga dari pemerintah.

Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman menjelaskan, beban keuangan Pertamina bukan karena kinerja yang merosot.

Namun, ia memandang Elia seakan ingin menegaskan kehilangan pendapatan Pertamina terjadi karena pemerintah enggan menaikkan harga jual premium RON 88 dan solar subsidi tetap.

"Pernyataan Elia tersebut sangatlah menyesatkan dan tidak pantas diucapkan seorang Dirut perusahaan BUMN," kata Yusri dalam pernyataannya, Minggu (12/11/2017).

(Baca juga: Tak Ada Kenaikan BBM, Laba Bersih Pertamina Kuartal III Turun 27 Persen)

Yusri juga menyoroti pandangan Elia yang menilai penyerahan delapan blok migas terminasi, termasuk Blok Mahakam, kepada Pertamina saat ini belum menghasilkan bagi perseroan.

Pernyataan tersebut, menurut Yusri, terkesan ingin menggiring opini bahwa beban penugasan BBM Satu Harga sejauh ini hanya membebani kinerja dan menggerus pendapatan Pertamina.

Logo pertamina di SPBU Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (9/1/2017). KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Logo pertamina di SPBU Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (9/1/2017).
Padahal, tutur Yusri, keuangan Pertamina selama ini banyak ditopang beberapa blok migas berproduksi yang diserahkan pemerintah.

Contohnya, Blok ONWJ (Offshore North West Java) yang baru saja diperpanjang lagi hak operatornya oleh Kementerian ESDM kepada Pertamina, yang tercatat telah banyak menyumbang pemasukan bagi keuangan Pertamina selama ini.

(Baca juga: Jonan: Alih Kelola Blok Mahakam Jadi Pertaruhan Besar Pertamina )

Pertamina selama ini sudah banyak mengeluarkan uang untuk berinvestasi di sektor hulu di luar negeri, baik sebagai participacing interest saja dan ada juga sebagai operator seperti di blok Algeria Aljazair, blok Murfi di Malaysia, dan lainnya.

Namun, seluruh investasi yang jika ditotal sudah mencapai hampir 10 miliar dollar AS tersebut, menurut Yusri, ternyata tidak signifikan menopang kinerja keuangan Pertamina, baik dari sisi produksi maupun penerimaannya untuk menutupi biaya investasi.

Bahkan beberapa pembelian saham blok migas itu diduga bermasalah. Dari beberapa blok bermasalah itu, saat ini ada yang sudah masuk proses penyidikan dan ada yang masih di tahap penyelidikan oleh aparat hukum.

"Bisa jadi proses pembelian saham blok migas di luar negeri ini ikut menyumbang ketidakefisienan bagi Pertamina selama ini," ucap Yusri.

Ia memandang, banyaknya tahapan proses bisnis dari hulu hingga hilir di Pertamina yang tidak efisien juga mengakibatkan kinerja keuangan Pertamina tidak efisien.

Dengan kata lain, penilaian bahwa beban keuangan Pertamina berawal dari penugasan BBM Satu Harga dan subsidi solar tetap menjadi sangat prematur.

Kompas TV Pertamina Sediakan BBM di 10 Titik Sepanjang Jalur Mudik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com