Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indikator Ekonomi Baik, Mengapa Konsumsi Rumah Tangga Lesu?

Kompas.com - 17/11/2017, 13:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah indikator perekonomian domestik tercatat dalam kondisi baik. Inflasi cenderung rendah, sementara pertumbuhan ekonomi terus menunjukkan perbaikan.

Meskipun demikian, konsumsi rumah tangga tidak sebaik periode-periode sebelumnya. Lantas, apa yang menjadi penyebabnya?

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, inflasi yang rendah memang dapat meningkatkan daya beli.

Akan tetapi, daya beli dan konsumsi sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi sebab dari situlah pendapatan dihasilkan.

Baca juga : Bappenas: Periode Lebaran yang Berbeda Sebabkan Konsumsi Kuartal III Melambat

"Sebetulnya pemulihan ekonomi berlanjut, perbaikan konsumsi rumah tangga berlanjut, cuma memang belum merata," kata Perry di kantornya di Jakarta, Kamis (16/11/2017).

Perry menyebut, sejumlah indikator konsumsi sudah menunjukkan perbaikan. Penjualan kendaraan roda dua, misalnya, mengalami pertumbuhan 18,1 persen dan penjualan kendaraan roda empat tumbuh 7,8 persen.

Menurut Perry, angka-angka tersebut relatif cukup baik dibandingkan periode-periode sebelumnya. Sementara itu, penjualan ritel juga mengalami pertumbuhan sebesar 5,6 persen.

Dari kelompok ritel, komponen yang mengalami penjualan yang bagus adalah kelompok makanan dan pakaian. Kedua komponen tersebut masing-masing mengalami pertumbuhan penjualan sebesar 10 persen.

"Yang turun itu adalah (penjualan) ritel untuk komunikasi, peralatan rumah tangga. Kalau lihat durable goods (barang tahan lama) seperti alat elektronik, mebel, menurun," jelas Perry.

Kesimpulannya adalah, konsumsi kebutuhan pokok seperti makanan dan pakaian masih mengalami pertumbuhan yang bagus. Hal ini konsisten dengan pertumbuhan ekonomi pada perdagangan dan jasa-jasa.

Adapun konsumsi yang belum mengalami peningkatan adalah beberapa komponen barang-barang tahan lama. Hal ini, imbuh Perry, konsisten denan disposable income atau pendapatan yang dapat dibelanjakan.

"Memang yang belum naik tinggi adalah pendapatan untuk kelompok menengah ke bawah, tapi yang menengah ke atas memang kenaikannya cukup tinggi," ujar Perry.

Kompas TV Selain merilis data ekspor BPS juga menyampaikan perkembangan upah buruh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com