Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aturan Baru Likuiditas Bank Syariah Segera Terbit, Apa Gunanya?

Kompas.com - 29/11/2017, 10:30 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) bakal melonggarkan kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) rata-rata atau GWM Averaging. Dalam hal ini, bank sentral akan menerbitkan ketentuan GWM Averaging untuk perbankan syariah.

Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengungkapkan, penerapan GWM Averaging untuk perbankan syariah dilakukan agar memberikan fleksibilitas kepada bank dalam mengelola likuiditas.

GWM Averaging saat ini hanya berlaku bagi bank konvensional dengan komponen yang dihitung secara rata-rata sebesar 1,5 persen dari total rasio GWM Primer sebesar 6,5 persen.

Baca juga : Ini Cara BI Agar Pangsa Bank Syariah Membesar

Adapun sisanya, yakni 5 persen, masih harus dipenuhi dengan skema tetap (fixed) dan dihitung setiap akhir hari.

Porsi 1,5 persen dari total GWM-Primer yang hanya dihitung secara rata-rata dan setiap akhir pekan diharap dapat dialirkan oleh bank untuk membeli surat utang di pasar atau meminjamkannya ke bank-bank kecil di pasar uang antar bank (PUAB).

"BI perlu memberikan ruang yang lebih bagi bank untuk fleksibel dalam likuiditasnya. Kami terapkan GWM Averaging dan saat inikan masih kepada bank konvensional," ujar Agus pada acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2017, Selasa (28/11/2017).

Baca juga : Apa Perlu Terus Bandingkan Bank Syariah dengan Bank Konvensional?

Meskipun GWM Averaging baru dterapkan sebagian (parsial) pada total kewajiban GWM Primer, bank konvensional dan Syariah nantinya dapat menyisihkan sebagian dari GWM untuk ditempatkan di instrumen keuangan lain dengan bunga yang lebih tinggi.

Dengan demikian, bank tidak perlu terlalu sering masuk ke pasar uang dan meminjam dana.

"Pada saatnya kami ingin semuanya dilakukan secara bertahap tidak bisa sekaligus dalam setahun, jadi kita harus lihat kondisi perbankannya. Dengan GWM Averaging bank akan lebih leluasa dalam mengelola likuiditasnya, sehingga bank bisa mengatur Cost of Fund (biaya dana) dan nantinya bisa mendorong menurunkan bunga kreditnya," tutur Agus.

Baca juga : Apa Hukumnya Bank Syariah Menampung Dana Amnesti Pajak?

Ia mengungkapkan, penerapan GWM Averaging yang akan berlaku juga pada perbankan syariah, nantinya akan ada instrumen-instrumen syariah yang akan diterapkan, sejalan dengan karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah di dalam transaksinya.

"Dengan GWM Averaging itu perbankan syariah tidak harus memenuhi GWM nya setiap hari, sehingga mereka bisa ditaruh di instrumen keuangan lainnya dan juga mendorong kredit," terang Agus.

Ketentuan GWM Averaging sudah berlaku pada 1 Juli 2017 lalu. Dengan adanya kebijakan ini, maka akan memberikan fleksibilitas bagi perbankan dalam mengelola likuiditasnya.

Baca juga : Ekonomi Syariah Berkembang, Pangsa Perbankan Syariah Melonjak

Di sisi lain, penerapan GWM Averaging ini, akan membuat sistem moneter semakin baik.

Penyempurnaan aturan GWM Primer tersebut dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 19/6/PBI/2017 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional.

Kompas TV Wakil Presiden Jusuf Kalla secara resmi melakukan pembukaan Indonesia Shari’a Economic Festival 2017 di Surabaya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Work Smart
Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Whats New
Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com