Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Bitcoin Terus Menanjak, Kritik Pun Terus Berdatangan

Kompas.com - 29/11/2017, 12:40 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai mata uang cryptocurrency bitcoin terus menanjak. Pada awal pekan ini, untuk pertama kalinya nilai bitcoin berada di atas 9.000 dollar AS atau sekitar Rp 121,5 juta.

Mengutip Financial Times, Rabu (30/11/2017), sejak awal tahun ini, nilai bitcoin sudah menguat lebih dari 880 persen. Peningkatan nilai bitcoin yang sangat spektakuler ini menyedot banyak perhatian, tak terkecuali kritik.

CEO JP Morgan Chase Jamie Dimon, misalnya, menyebut bitcoin adalah kejahatan keuangan. Sementara itu, CME Group yang merupakan operator penukaran terbesar di menyatakan bakal membuat bursa berjangka bitcoin.

Baca juga : Morgan Stanley: Bitcoin Bukan Investasi yang Aman

Lalu, apa sebetulnya yang menyebabkan nilai bitcoin melonjak sangat tajam? Ada pandangan yang menyebut bahwa penguatan bitcoin lebih disebabkan faktor ritel, yakni semakin banyak investor ritel yang menaruh minat pada bitcoin saat nilainya makin menanjak.

Contoh yang paling nyata adalah terjadi di AS pada periode liburan Thanksgiving pekan lalu. Coinbase, pusat penukaran bitcoin terbesar di AS, melaporkan pembukaan akun baru sebanyak 100.000 menjadi 13,1 juta hanya selama periode libur dua hari.

Nilai Bitcoin pada 2017AFP/KOMPAS.com Nilai Bitcoin pada 2017

CNBC mewartakan, pada November 2017 lalu, Coinbase memiliki sebanyak 4,9 juta pengguna. Adapun alasan lain peningkatan nilai bitcoin secara signifikan adalah pengumuman yang dilakukan CME.

Beberapa waktu lalu, CME menyatakan bakal membuka bursa berjangka bitcoin pada Desember 2017 mendatang. Peluncuran produk derivatif untuk mata uang digital tersebut pun akan menandai langkah maju bitcoin sebagai kelas aset resmi.

Baca juga : DBS: Bitcoin Adalah Skema Ponzi

Peningkatan nilai bitcoin secara signifikan ini memang membuat sejumlah investor tergiur. Namun, beberapa pihak juga menyoroti potensi bubble harga bitcoin.

Beberapa waktu lalu, Kompas.com mengonfirmasi penguatan nilai bitcoin ini kepada CEO Bitcoin Indonesia Oscar Darmawan. Oscar menyebut, tingginya permintaan atas bitcoin tersebut salah satunya disebabkan karena beberapa negara seperti Jepang sudah melegalkan bitcoin.

Baca juga : Hati-hati, Ada Risiko di Balik Penguatan Bitcoin

Bahkan, mata uang digital tersebut juga sudah diawasi oleh otoritas keuangan setempat.

"Ini tanda demand (permintaan) atas bitcoin masih sangat tinggi di seluruh dunia," kata Oscar.

Namun, Oscar menyatakan, penguatan bitcoin serupa dengan penguatan komoditas lainnya. Semua komoditas mengalami naik dan turun harga dan terjadi pula pada bitcoin, yang banyak dipandang sebagai mata uang maupun komoditas.

Baca juga : Harga Bitcoin Meroket, IMF Peringatkan Uang Digital Berbahaya

"Sama dengan komoditas pada umumnya, setelah harga naik sangat tinggi akan ada risiko para trader melakukan aksi profit taking (ambil untung). Jadi ada potenai penyesuian harga kembali," ujar Oscar.

Ia pun memandang, bitcoin masih memiliki peluang yang besar untuk terus berkembang di Indonesia. Pasalnya, usia bitcoin di Indonesia baru 8 tahun, sehingga ruang untuk tumbuh masih terbuka lebar.

Baca juga : Bitcoin Dapat Kritik Keras dari CEO JP Morgan Chase

Data Bitcoin Indonesia, per Rabu (29/11/2017) siang, nilai bitcoin mencapai Rp 156,5 juta.

Kompas TV Pengguna online masih didominasi kaum muda dan berekonomi menengah ke atas, yang jumlahnya belum signifikan.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com