Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Garuda Indonesia "Delay" akibat Gunung Agung Dipertanyakan YLKI

Kompas.com - 02/12/2017, 13:55 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mempertanyakan dasar pernyataan Garuda Indonesia yang mengaku delay beberapa hari terakhir disebabkan erupsi Gunung Agung.

Hal itu dikarenakan masalah delay hanya dialami oleh pesawat Garuda Indonesia, sementara maskapai lain beroperasi normal seperti biasanya.

"Erupsi Gunung Agung yang jadi alasannya (maskapai). Kalau begitu, mestinya massive delayed sudah terjadi sejak empat sampai lima hari lalu ketika bandara di Lombok dan Denpasar tutup, tapi saat itu Garuda baik-baik saja tuh," kata Tulus saat dihubungi pada Sabtu (2/12/2017).

Sementara itu, Kompas.com menerima informasi dari sejumlah pilot Garuda Indonesia yang membantah delay berkepanjangan disebabkan oleh erupsi Gunung Agung. Menurut para pilot, masalah sebenarnya adalah karena ada perubahan sistem penjadwalan tugas-tugas kru di internal Garuda Indonesia yang belakangan bermasalah dan mengakibatkan layanan penerbangan terganggu.

Baca juga : Erupsi Gunung Agung Sebabkan Efek Domino Delay Penerbangan Garuda Indonesia

"Pilotnya ada, pesawatnya belum ada. Manajemen malah nyalahin Gunung Agung, enggak mau jujur sama (masalah) sistem," tutur salah satu pilot tersebut.

Terhadap informasi itu, Tulus mengaku sedang menelusurinya saat ini. Dia pun meminta pihak Garuda Indonesia menjelaskan dengan transparan masalah apa yang menyebabkan delay terjadi, beberapa hari belakangan sampai hari ini.

Senior Manager Public Relation Garuda Indonesia Ikhsan Rosan sudah dihubungi secara terpisah untuk diminta tanggapan mengenai hal tersebut, namun hingga siang ini belum ada respons dari yang bersangkutan.

Dari pemberitaan sebelumnya, penumpang pesawat Garuda Indonesia mengeluhkan delay yang mereka alami di hampir semua penerbangan. Delay yang dirasakan beragam, mulai dari satu hingga empat jam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com