JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati memprediksi, pada tahun 2018 mendatang daya beli masyarakat masih alami kelesuan.
Enny memaparkan, hal ini sebagai dampak dari masih minimnya serapan tenaga kerja, harga barang kebutuhan pokok hingga kebijakan pemerintah terkait subsidi energi.
"Yang pengaruhi konsumsi ini, pertama adalah lapangan kerja. Lapangan kerja sampai dengan akhir tahun masih ada masalah. Apalagi sekarang PLN mau penyederhanaan golongan dan segala macam," ujar Enny saat menjadi pembicara dalam diskusi APBN 2018 di Financial Club CIMB Niaga, Jakarta, Senin (4/12/2017).
Menurut Enny, masifnya pembangunan infrastruktur di Indonesia tidak serta merta mendorong penyerapan tenaga kerja signifikan, dengan ini tak mendorong pendapatan masyarakat yang berdampak pada daya beli.
Baca juga : Bukan karena Tekanan Daya Beli, Ini Alasan GAP Indonesia Tutup
Dengan demikian, guna mendorong daya beli masyarakat perlu adanya akselerasi bagi pemerintah agar pertumbuhan ekonomi bisa seperti yang ditargetkan.
"Artinya, kalau pun ada langkah-langkah untuk bisa lompat ke 5,4 persen (pertumbuhan ekonomi), ini harus akselerasi. Nah, secara sektoral, itu adalah industri, tapi memang industri juga tumbuhnya cuma empat persenan," kata Enny.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, pada tahun 2017 telah terjadi kenaikan jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 10.000 orang menjadi 7,04 juta orang pada Agustus 2017 dari Agustus 2016 sebesar 7,03 juta orang.
Baca juga : Bappenas Kaji Dampak Bisnis Digital dengan Naiknya Jumah Pengangguran
Sedangkan dari tingkat pendidikan, jumlah pengangguran tertinggi ada pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain, yakni mencapai sebesar 11,41 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.