Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efisiensi dengan Holding BUMN

Kompas.com - 05/12/2017, 18:09 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pro dan kontra mengenai pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih ramai dibicarakan. Ada pihak yang memandang holding BUMN sebagai strategi memperkuat BUMN dan lebih menguntungkan masyarakat, namun ada juga yang menganggap rencana itu cacat hukum serta melanggar konstitusi.

Staf Khusus Menteri BUMN Wianda Pusponegoro memisalkan sebuah kondisi ketika holding BUMN sudah berjalan. Dari sisi tugas yang dijalankan, skema holding BUMN memungkinkan anak usaha di dalamnya berbagi peran ketika menjalankan sebuah proyek.

"Kolaborasi dari anggota-anggota holding tambang ini, membuat PT Bukit Asam sebagai penghasil batu bara yang besar, memudahkan kalau membangun pembangkit listrik tenaga batu bara, dia bisa jadi sumber batu baranya," kata Wianda saat ditemui usai acara diskusi di gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Selasa (5/12/2017).

Wianda menjelaskan, cost atau biaya untuk kebutuhan listrik smelter saja bisa mencapai 40 persen dari total biaya yang dialokasikan. Bila sudah ada holding BUMN pertambangan, penghasil batu bara terbesar dari PT Bukit Asam bisa menopang kebutuhan listrik dari anak usaha holding yang lain sehingga biaya yang dikeluarkan tidak sebesar sebelum ada holding.

Baca juga: Rini Teken Pengalihan Saham 3 BUMN, Holding BUMN Tambang Resmi Berdiri

Contoh lain soal holding BUMN energi minyak dan gas bumi, yaitu Pertamina dan Perusahaan Gas Negara (PGN). Dalam hal perluasan jaringan pipa gas, PGN yang punya kemampuan pipa distribusi dapat ditopang oleh Pertamina yang bisa berperan sebagai penyedia gas dari hulu.

"Proyek dipercepat dengan adanya holding, karena itu alur value change terlihat saat jadi holding. Dengan mudah, PT Bukit Asam berperan sebagai penyedia listrik. Kalau belum ada holding, kan enggak bisa secara langsung menyediakan dan suplai listrik," tutur Wianda.

BUMN berencana menetapkan sejumlah sektor holding, yaitu pertambangan, energi, perbankan serta jasa keuangan, jalan tol dan konstruksi, perumahan, dan pangan. Beberapa di antaranya sudah terealisasi, seperti holding pertambangan, dan lainnya masih dipersiapkan untuk pembentukan holding.

Kompas TV Jumlah aset yang mencapai sekitar Rp 88 triliun akan memudahkan holding mendapat pembiayaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com