Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Cermati Perilaku Belanja Kaum Ibu

Kompas.com - 08/12/2017, 17:06 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com -  Pasar di Indonesia mencermati perilaku belanja kaum ibu, khususnya yang mempunyai bayi berusia di bawah dua tahun (baduta). Peluangnya terbilang menggiurkan.

Mari simak hasil riset Sigma Research Indonesia yang diterima Kompas.com hari ini. Riset itu salah satunya mengatakan bahwa perilaku ibu dengan baduta cenderung memanjakan anak dengan memberikan produk berkualitas terbaik. Perilaku seperti ini, utamanya terdapat pada ibu baru (newly moms).

Kebanyakan para ibu, lanjut riset itu, termasuk dalam populasi kelas menengah di Indonesia. Menurut riset, kelas menengah Indonesia, yang mempunyai ciri pengeluaran di atas Rp 3 juta per bulan, jumlahnya mencapai 66,31 persen dari total penduduk Indonesia.

Golongan para ibu dimaksud, masih menurut riset, terbilang karib dengan teknologi informasi. Mereka sudah menggunakan media sosial untuk berbagai aktivitas, termasuk berbelanja secara dalam jaringan (online). "Kami menemukan rata-rata belanja online ibu baduta dalam membeli  produk bayi sebesar Rp 172.000 setiap kali transaksi,” ungkap  Direktur Sigma Research Indonesia Nurjannah Andi Lemmung.

Yang menarik juga, imbuh Nurjannah, para ibu dengan baduta menjadi pengambil keputusan (decision maker) dalam pembelanjaan rumah tangga. Khususnya, dalam hal pembelian perlengkapan bayi.

Catatan riset juga menunjukkan bahwa ada delapan kategori produk untuk baduta yang total nilai pasarnya sepanjang 2017 ini mencapai Rp 88,1 triliun. Pasar terbesar adalah produk  toiletries (produk-produk yang berhubungan dengan kebersihan badan) sebesar Rp 22,4 triliun atau mencapai  25,4 persen dari total nilai tersebut. Berikutnya, antara lain,  produk   rekreasi   sebesar   Rp   14,9   triliun  (16,9 persen), produk   susu formula/UHT sebesar Rp  14,8 triliun  (16,8 persen),  dan produk popok bayi atau diapers  sebesar  Rp  14 triliun  (15,9 persen).

Lebih lanjut, menurut Nurjannah, informasi riset ini bisa digunakan produsen untuk mengembangkan dan memperluas segmentasi pasarnya. Lantaran peluangnya terbilang besar, Nurjannah mengatakan,"Produsen bisa memanfaatkan media sosial untuk pemasaran." 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com