JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintahan Presiden Joko Widodo menargetkan penurunan rasio ketimpangan atau gini ratio, baik antarpenduduk maupun antarwilayah. Penurunan rasio ketimpangan tersebut berjalan beriringan dengan pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang PS Brodjonegoro menyatakan, penurunan rasio ketimpangan bukan hal yang mudah. Pasalnya, dalam perjalanannya, ada dua kecenderungan yang terjadi di Indonesia terkait ketimpangan.
"Pertama, ketimpangan di Indonesia sangat mudah naiknya. Kedua, ketika ekonomi tumbuh tinggi, ada tendensi rasio gini meningkat," kata Bambang pada acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Jakarta, Selasa (12/12/2017).
Bambang memberi contoh kondisi ekonomi yang tumbuh tinggi adalah ketika periode tahun 1990-an dan periode "booming" komoditas hingga tahun 2011 lalu. Saat itu, rasio ketimpangan melompat hingga ke angka 0,41.
Baca juga: Lima Langkah Pemerintah Atasi Ketimpangan Sosial
Ia menjelaskan, rasio ketimpangan sebesar 0,41 adalah kondisi yang cukup mengkhawatirkan. Pasalnya, rasio ketimpangan sebesar 0,4 sudah dikategorikan sebagai lampu kuning.
"Dari 2010-2011 itu adalah puncak commodity booming. Pertumbuhan ekonomi 2011 adalah yang tertinggi setelah krisis 1998, yaitu 6,5 persen. Mungkin karena kita semua excited (senang) dengan angka pertumbuhan ekonomi tinggi, kita lupakan rasio gini lompat ke 0,41," ujar Bambang.
Adapun ketika kondisi krisis, rasio ketimpangan cenderung rendah. Bambang menyatakan, upaya pemerintah dalam menurunkan rasio ketimpangan bukan berarti ingin kembali ke periode krisis.
Dalam dua tahun terakhir, rasio ketimpangan cenderung mengalami tren penurunan. Saat ini, rasio gini berada pada posisi 0,393.
"Kita harus mulai berpikir. Ada sesuatu yang harus dibenahi di struktur ekonomi kita," terang Bambang.
Pada tahun 2018 mendatang, pemerintah menargetkan rasio ketimpangan dapat berada pada posisi 0,38. Adapun target RPJMN, rasio ketimpangan dipatok berada pada posisi 0,36 pada tahun 2019.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.