Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun Ini, Saham Emiten Batu Bara Masih Layak Beli

Kompas.com - 04/02/2018, 13:04 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga komoditas global, termasuk batu bara, cenderung naik sejak paruh kedua tahun lalu hingga kini. Akan tetapi, harga diprediksi bakal sedikit mengalami kontraksi pada tahun ini.

Pada tahun lalu, harga batu bara sempat menyentuh level di atas 100 dollar AS per ton, dengan harga rata-rata menurut Newcastle benchmark sepanjang 2017 sekitar 88 dollar AS per ton atau secara tahunan naik 35 persen. Pada tahun ini, PT Bahana Sekuritas memperkirakan harga rata-rata batu bara akan berkisar 75 dollar AS per ton.

Analis Bahana Andrew Franklin Hotama menyatakan, ada sejumlah penyebab kontraksi harga batu bara sepanjang tahun ini.

Pertama, kebijakan pemerintah China yang memperkenalkan standar energi terbarukan dan mewajibkan seluruh Produsen Pembangkit Independen China (IPP) batu bara untuk menetapkan 15 persen dari total pembangkit listrik portofolio untuk energi terbarukan hingga 2020.

Baca juga: Harga Saham dan IHSG Meroket, Kekayaan Konglomerat Ini Meningkat

Pada tahun ini juga diperkirakan tingkat konsumsi China akan sedikit melemah karena pada tahun lalu sudah tumbuh cukup tinggi, juga kebijakan pemerintah China yang akan memperbaiki masalah over kapasitas terutama pada industri semen dan baja.

"Ke depan pasar properti di China juga diperkirakan akan melambat akibat pengetatan kredit," kata Andrew dalam laporan analisisnya, Minggu (4/2/2018).

Namun demikian, Bahana masih merekomendasikan beli untuk beberapa saham perusahaan yang terkait batu bara, dengan pilihan teratas saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan saham PT United Tractors Tbk (UNTR).

Bahana menaikkan target harga ADRO menjadi Rp 2.400 per lembar dari target harga sebelumnya Rp 2.174 per lembar. Kinerja keuangan perseroan diperkirakan masih akan berlanjut positif sepanjang 2018.

''Bisnis Adaro lebih beragam dibanding perusahaan lainnya, mulai dari pembangkit listrik hingga bisnis batubara yang menjadi bisnis fokusnya,'' papar Andrew.

Perseroan juga mampu menjaga stabilitas produksi meski ada gangguan cuaca seperti hujan deras sepanjang tahun lalu, sehingga target produksi batu bara sebesar 52 juta ton masih tercapai.

Bahana juga menaikkan harga saham PTBA menjadi Rp 2.920 per lembar dari sebelumnya Rp 2.740 per lembar, namun karena bisnis perseroan lebih kepada pasar domestik, yang didominasi oleh PLN, kinerja perseroan diperkirakan tidak segemilang Adaro.

"Pasalnya, pemerintah sangat konsen untuk menurunkan tarif listrik, padahal harga batu bara meski diperkirakan terkoreksi, namun masih berada pada level yang tinggi," ungkap Andrew.

Sebagai salah satu pemain yang menyediakan alat berat bagi perusahaan tambang, UNTR akan mendapat berkah dari prospek batu bara ke depan, sehingga Bahana merekomendasikan beli saham UNTR dengan target harga Rp 39.700 per lembar.

Penjualan alat berat perseroan diperkirakan mencapai 3.700-3.800 unit sepanjang 2017. Tahun ini, Bahana memperkirakan penjualan alat berat perseroan bakal mencapai 5.000 unit, sehingga laba diperkirakan naik 53 persen dibandingkan tahun lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com