Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Chatib Basri: Ada Risiko bagi Kita Jadi Tua Tapi Tidak Kaya...

Kompas.com - 07/02/2018, 15:27 WIB
Pramdia Arhando Julianto,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat ekonomi yang juga Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional yang stagnan di kisaran 5 persen perlu diwaspadai oleh pemerintah.

Menurut dia, meskipun kondisi makro ekonomi Indonesia sudah cukup baik, akan tetapi pertumbuhan ekonomi masih stagnan 5 persen.

"Kalau tumbuh 5 persen terus, pendapatan kita kurang. Ada risiko bagi kita jadi tua tapi tidak kaya," ujar Chatib saat menjadi pembicara di acara Mandiri Investment Forum di Hotel Fairmount, Jakarta, Rabu (7/2/2018).

Chatib mengatakan, Indonesia harus mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 6 sampai 7 persen dengan meningkatkan kualitas dan daya saing industri manufaktur nasional.

Baca juga: Chatib Basri: Butuh 1 Tahun Perbaiki Tingkat Pertumbuhan Konsumsi

"Industrialisasi itu kita enggak bisa lagi hanya tergantung natural resources harus industrialisasi karena itu yang akan dorong growth," sebutnya.

Selain meningkatkan industri manufaktur, Chatib menegaskan, pemerintah juga harus meningkatkan kualitas sumber daya industri itu sendiri, agar mampu menopang tumbuhnya industri manufaktur.

"Industri manufaktur juga contohnya garmen, agro bisnis, industri harus disupport human capital yang baik," ujarnya.

Dia meyebuta, selama ini Indonesia terlalu asyik menikmati pertumbuhan ekonomi yang didorong dari hasil sumber daya alam.

"Saya benci mengatakan ini, tapi saya harus jujur, ekonomi kita masih bergantung sumber daya alam," kata Chatib.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2014, pertumbuhan ekonomi tercatat tumbuh 5,02 persen, kemudian menurun menjadi 4,88 persen pada 2015, dan menyentuh 5,02 persen pada 2016.

Kemudian, terbaru sepanjang 2017 ekonomi nasional hanya tumbuh 5,07 persen.

Kompas TV Presiden Joko Widodo menegur Kementerian Perdagangan karena angka ekspor Indonesia masih kalah dengan angka ekspor negara negara di Asia Tenggara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com