Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Kenakan Tarif Impor Baja, Korsel Ancam Lapor ke WTO

Kompas.com - 21/02/2018, 21:02 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber Nikkei

SEOUL, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, pemerintah AS menyatakan bakal memberlakukan tarif tinggi terhadap impor produk baja dan alumunium dari sejumlah negara. Kebijakan ini menuai sejumlah reaksi keras dari negara-negara pengekspor kedua produk metal tersebut.

Korea Selatan (Korsel) mengancam bakal mempertimbangkan komplain kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) apabila AS memberlakukan kebijakan tersebut. Pengenaan tarif impor tersebut merupakan rekomendasi Departemen Perdagangan AS.

Mengutip Nikkei, Rabu (21/2/2018), Presiden Korsel Moon Jae In menyatakan, pihaknya akan mengambil tindakan untuk melawan kebijakan proteksionisme AS yang dinilainya tak beralasan tersebut. Tindakan tersebut termasuk menyeret AS ke WTO dan mengonfrontasi AS untuk melakukan pembicaraan terkait merevisi kesepakatan perdagangan bebas kedua negara.

"Saya harap Anda menaikkan isu ketidakadilan ini secara agresif selama negosiasi revisi FTA (kesepakatan perdagangan bebas) AS-Korsel," ujar Moon kepada para penasihat seniornya.

Baca juga: Soal Penurunan Tarif Pajak Mobil Sedan, Ini Kata Sri Mulyani

Moon juga menginstruksikan adanya diversifikasi desrinasi ekspor melalui kebijakan Utara dan Selatan Baru. Dalam kebijakan ini, Korsel membidik penguatan hubungan dengan Rusia dan ASEAN.

Pekan lalu, Departemen Perdagangan AS merekomendasikan kepada Presiden Donald Trump terkait tiga opsi perlindungan terhadap industri baja AS. Salah satu opsinya adalah menerapkan tarif setidaknya 53 persen atas semua produk baja dari 12 negara.

Dari 12 negara tersebut, 6 negara berasal dari Asia, yakni Korsel, China, India, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Departemen Perdagangan AS menyatakan, kuantitas dan kondisi impor baja dan alumunium adalah perihal keamanan negara, sebab baja adalah komoditas utama untuk infrastruktur pertahanan dan infrastruktur strategis lainnya.

Sejumlah analis menyatakan, dampak pengenaan tarif tersebut terhadap produsen-produsen baja Korsel sangat beragam tergantung kondisi perusahaannya. Produsen baja terbesar Korsel, Posco, diperkirakan dapat mengurangi dampak negatif tarif tersebut karena sudah mengurangi besaran ekspor ke AS.

Baca juga: Ekspor Mobil ke Vietnam Terancam Terhenti, Indonesia Lakukan Lobi

Sementara itu, produsen baja terbesar kedua Korsel, yakni Hyundai Steel, diperkirakan bakal lebih terkena imbas.

"Hyundai Steel memiliki eksposur yang lebih besar (terhadap AS), yakni sekitar 5 persen dari total volume penjualan, khususnya pada produk pipa baja dan baja cold-roll yang dijual kepada pabrik Hyundai Motor Group di Alabama (AS)," ujar Cindy Park, analis di Nomura.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Nikkei
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Kunjungan ke Indonesia, Tim Bola Voli Red Sparks Eksplor Jakarta bersama Bank DKI dan JXB

Whats New
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, Bos BI: Untuk Memperkuat Stabilitas Rupiah

Whats New
KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

KEJU Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Earn Smart
Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Program Gas Murah Dinilai ‘Jadi Beban’ Pemerintah di Tengah Konflik Geopolitik

Whats New
Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Catatkan Kinerja Positif, Rukun Raharja Bukukan Laba Bersih 8 Juta Dollar AS pada Kuartal I-2024

Whats New
Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Luhut Sambangi PM Singapura, Bahas Kerja Sama Carbon Capture Storage dan Blue Food

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Tahun Pertama Kepemimpinan Prabowo, Rasio Utang Pemerintah Ditarget Naik hingga 40 Persen

Whats New
Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Revisi Aturan Impor Barang Bawaan dari Luar Negeri Bakal Selesai Pekan Ini

Whats New
Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Pacu Kontribusi Ekspor, Kemenperin Boyong 12 Industri Alsintan ke Maroko

Whats New
Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Uji Coba Bandara VVIP IKN Akan Dilakukan pada Juli 2024

Whats New
Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Menteri Basuki Bakal Pindah ke IKN Juli 2024 dengan 2 Menteri Lain

Whats New
Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Meredanya Konflik Timur Tengah

Whats New
Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Pemerintah Susun Rancangan Aturan Dana Abadi Pariwisata, untuk Apa?

Whats New
Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Soal Wajib Sertifikat Halal di Oktober, Kemenkop-UKM Minta Kemenag Permudah Layanan untuk UMKM

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com