Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Konsumsi Masih Hambat Laju Ekonomi di 2018

Kompas.com - 25/02/2018, 18:30 WIB
Pramdia Arhando Julianto,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PADANG, KOMPAS.com - Chief Economist Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih memprediksi laju perekonomian nasional pada tahun 2018 masih terhambat oleh konsumsi rumah tangga.

Menurut Lana, pertumbuhan ekonomi Indonesia nasional selama 2018 hanya akan tumbuh 5,08 persen hingga 5,15 persen.

Angka tersebut lebih rendah dari target pemerintah dalam APBN 2018 sebesar 5,4 persen dan ada di bawah perkiraan Bank Indonesia (BI) di kisaran 5,1 persen hingga 5,5 persen.

Konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar disebut-sebut masih memiliki masalah pada tahun ini, indikasi itu terlihat dari lesunya penjualan sektor ritel pada Januari 2018.

Baca juga : Darmin: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Harus Andalkan Investasi

Selain itu, lanjut Lana, dari Survei Penjualan Eceran yang dilakukan BI pada Januari 2018, mayoritas semua komponen penjualan ritel mengalami penurunan, kecuali Bahan Bakar Minyak (BBM). Meski pemerintah tak menaikkan harga BBM, ketersediaannya belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.

"Walau harga enggak naik, tapi barangnya enggak ada. Ini yang menggerus (daya beli masyarakat)," papar Lana saat ditemui di Hotel Mercure Padang, Sumatera Barat, Sabtu (24/2/2018).

Masalah struktural daya beli masyarakat juga bisa terlihat dari Upah Minimum Provinsi (UMP) riil yang melambat. Kemudian, Nilai Tukar Petani (NTP) riil juga tercatat negatif.

Pada Januari 2018, NTP nominal mencatat kontraksi dibanding Januari 2017. Sementara inflasi Januari 2018 mencapai 3,25 persen year on year (yoy).

Baca juga : IMF Puji Ekonomi Indonesia Berkinerja Baik

"Kalau minus dikurangi inflasi 3,25 persen maka nilai tukar petani riil itu negatif," jelasnya.

Kendati demikian, Lana berharap pemerintah bisa meningkatkan kinerja ekspor pada tahun ini.

"Diharapkan perbaikan ekonomi global tahun ini akan meningkatkan permintaan yang lebih tinggi terhadap barang ekspor Indonesia," pungkas Lana.

Kompas TV IMF mengatakan tantangan pertama ekonomi Indonesia adalah bagaimana meningkatkan pendapatan, saat pembangunan infrastruktur sedang masif.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com