Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dollar AS Menguat, Harga Emas Malah Redup

Kompas.com - 01/03/2018, 09:30 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga emas ditutup melemah pada Rabu (28/2/2018) waktu setempat, sementara dollar AS masih dalam pergerakan penguatan. Ini adalah pelemahan bulanan pertama bagi harga emas sejak Oktober 2017.

"Gubernur bank sentral AS Jerome Powell dalam testimoninya di hadapan Kongres memberikan nuansa yang lebih hawkish (agresif) terkait kebijajan moneter AS," kata Jim Wyckoff, analis senior di Kitco.com seperti dikutip dari MarketWatch, Kamis (1/3/2018).

Powell mengindikasikan adanya kemungkinan 4 kali kenaikan suku bunga AS mulai Maret 2018. Pernyataan Powell menekan harga-harga bahan logam, imbal hasil obligasi AS, dan pasar saham, imbuh Wyckoff, sementara indeks dollar AS menguat.

Baca juga : Tunggu Hasil Rapat The Fed, Harga Emas Berpotensi Turun

Harga emas GCJ8 melemah 0,07 persen atau 70 sen menjadi 1.317,90 dollar AS per ons. Harga emas terpantau melemah 1,8 persen sepanjang bulan Februari 2018.

Adapun harga perak SIK8 terkikis 0,10 persen atau 2,72 sen menjadi 16,407 per ons. Untuk bulan Februari 2018, kontrak kehilangan lebih dari 5 persen.

Harga bahan-bahan logam cenderung melemah ketika dollar AS menguat. Sebab, apabila dollar AS melemah, maka investor bisa membeli aset-aset tersebut dengan lebih murah menggunakan unit moneter yang lebih lemah.

Baca juga : Harga Emas Menuju 1.400 Dollar AS Per Ons Troi dalam 2 Minggu

Minat pembelian terhadap bahan-bahan logam cenderung terbatas. Hal ini sejalan dengan indeks dollar AS yang menyentuh rekor tertinggi dalam tiga pekan.

Meskipun kekhawatiran mengenai inflasi dapat meningkatkan minat pembelian emas, namun kenaikan suku bunga dapat menekan harga emas sebab emas tidak membayarkan bunga.

Ekspektasi adanya kenaikan suku bunga membantu mendorong imbal hasil obligasi bergerak hampir menuju 3 persen.

Kompas TV Bank Indonesia menilai pelemahan nilai rupiah saat ini lebih didorong oleh faktor eksternal dibanding dalam negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com