Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Potensi Ekonomi di Kabupaten Morowali

Kompas.com - 02/03/2018, 06:45 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MOROWALI, KOMPAS.com - Provinsi Sulawesi Tengah ternyata punya "lumbung" nikel yang terkenal di mancanegara, yakni Morowali

Sekretaris Daerah Kabupaten Morowali Jafar Hamid mengatakan, kabupaten yang berbatasan dengan Sulawesi Tenggara ini punya lebih dari 200.000 hektar tambang nikel.

Tambang nikel Morowali terkenal hingga mancanegara, dengan kualitas nomor satu di Asia Tenggara. 

"Yang membuat kualitasnya bagus itu, kadar nikelnya itu sampai 40 persen. Sekarang sudah ada smelternya sendiri, jadi pengolahan pun dilakukan di sini," kata Jafar saat kunjungan Kompas.com ke Kantor Bupati Morowali, Selasa (27/2/2018).

Baca juga : Berita Foto: Ini Dia Penampakan Bandara Baru Morowali Sulteng

Pertambangan nikel menjadi andalan dari perekonomian Morowali. Ada 10 perusahaan pertambangan nikel besar di daerah ini yang menyerap tenaga kerja lokal hingga 19.000 orang. 

Sayangnya, nikel merupakan bahan tambang yang bisa habis. Dari total 200.000 hektar tambang nikel Morowali diperkirakan masih bisa ditambang hingga lebih dari 60 tahun yang akan datang. 

Untuk itu, pemerintah Kabupaten Morowali harus segera menyiapkan sumber pendapatan lain. Ada sejumlah sektor yang sedang disiapkan sebagai pengganti nikel. 

Pertama, dari sektor perkebunan. Komoditas unggulannya ialah kelapa sawit. Dari data yang dipaparkan Jafar, Morowali memiliki luas perkebunan sawit hingga 6.000 hektar.

Baca juga : 2018, Kawasan Industri Morowali Targetkan Produksi Stainless Steel 3 Juta Ton

Komoditas lainnya seperti pala, singke, dan kakao menyusul untuk dikembangkan setelah kelapa sawit.

Kedua, dari sektor perikanan. Wilayah perairan Morowali yang tak kalah luas juga membuatnya maju dalam bidang perikanan. Mata pencaharian sebagai nelayan disebut kedua terbanyak di daerah ini.

Pusat perikanan ada di Kepulauan Bungku Selatan, dan Kepulauan Menui. Komoditas hasil lautnya berupa ikan tuna serta budidaya rumput laut. 

Ketiga, pariwisata. Saat ini pariwisata masih jadi prioritas terbelakang. Pasalnya, pemerintah Morowali baru memasuki tahap awal untuk terus membangun kebutuhan industri pariwisatanya.

Baca juga : Hingga 2020, Kawasan Industri Morowali Butuh 10.800 Tenaga Kerja

Sejumlah potensi daerah belum tergarap maksimal sehingga wisatawan masih sepi. Selain itu, masih minim industri pendukung pariwisata seperti hotel dan restoran. Event wisata sebagai komponen pendukung pun tahun ini baru mulai diadakan, yaitu Festival Sombori.

Kompas TV Sebagai kepala daerah sudah seharusnya memiliki sikap yang baik sebagai contoh bagi masyarakat yang ia pimpin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

Whats New
Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

BrandzView
KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

Whats New
Namanya 'Diposting' Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Namanya "Diposting" Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Whats New
Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Whats New
Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Whats New
Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Whats New
Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Whats New
Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
BKKBN Sosialisasi Cegah 'Stunting' melalui Tradisi dan Kearifan Lokal 'Mitoni'

BKKBN Sosialisasi Cegah "Stunting" melalui Tradisi dan Kearifan Lokal "Mitoni"

Whats New
Cara Membuat CV agar Dilirik HRD

Cara Membuat CV agar Dilirik HRD

Work Smart
Tumbuh 22,1 Persen, Realisasi Investasi RI Kuartal I 2024 Capai Rp 401,5 Triliun

Tumbuh 22,1 Persen, Realisasi Investasi RI Kuartal I 2024 Capai Rp 401,5 Triliun

Whats New
Cara Menjawab 'Apakah Ada Pertanyaan?' Saat Wawancara Kerja

Cara Menjawab "Apakah Ada Pertanyaan?" Saat Wawancara Kerja

Work Smart
Mandiri Capital Indonesia Siap Jajaki Pasar Regional dan Global

Mandiri Capital Indonesia Siap Jajaki Pasar Regional dan Global

Whats New
Menteri KP 'Buka-bukaan' soal Aturan Penangkapan Ikan Terukur, Akui Banyak Diprotes

Menteri KP "Buka-bukaan" soal Aturan Penangkapan Ikan Terukur, Akui Banyak Diprotes

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com