Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Aktivitas Perusahaan yang Biasa Dilakukan oleh Manusia, Sekarang Dilakukan Mesin"

Kompas.com - 06/03/2018, 16:06 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemajuan teknologi yang pesat, tidak terkecuali di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) diakui dapat berdampak untuk kemajuan bisnis. Hal ini diakui oleh 84 persen eksekutif global dan 97 persen eksekutif Indonesia.

Hal itu i merupakan hasil laporan bertajuk Accenture Technology Vision 2018. Laporan ini memberikan pandangan mengenai beragam tren teknologi yang bakal mendisrupsi perkembangan bisnis dalam tiga tahun ke depan.

Indra Permana, Technology Delivery Lead Associate Director Accenture Indonesia mengungkapkan, pada awalnya, kecerdasan buatan hanya digunakan pada mesin atau komputer untuk mengambil sebuah keputusan atau otomasi kegiatan bisnis. Namun demikian, AI kemudian berkembang untuk membantu interaksi perusahaan dengan konsumen atau mitra bisnis lainnya.

"Beberapa aktivitas perusahaan yang tadinya biasa dilakukan oleh manusia, sekarang dilakukan oleh mesin," sebut Indra dalam media briefing di kantor Accenture Indonesia, Jakarta, Selasa (6/3/2018).

Baca juga: Perempuan Bisa Jadi Jagoan Industri Teknologi

Penggunaan AI kini membuat interaksi perusahaan dengan konsumen dilakukan dengan bantuan mesin. Indra memberi contoh adalah chat bot atau call center, di mana ada layanan call center yang dilakukan dengan mesin.

"Kalau konsumen menelepon ke call center, yang menjawab itu mesin meskipun suaranya seperti suara manusia. Itu contoh paling umum," sebut Indra.

Kecerdasan buatan kemudian berkembang pula untuk penggunaan yang lebih luas. Semisal adalah penggunaan teknologi untuk membantu operasional perusahaan seperti General Electric (GE) untuk memonitor turbin.

Dengan penggunaan teknologi dan kecerdasan buatan yang semakin banyak dan intens, maka perusahaan mempertaruhkan reputasinya. Indra menuturkan, reputasi perusahaan akan sangat ditentukan oleh kualitas interaksi antara perusahaan dengan konsumen melalui mesin.

"Kalau ada algoritma yang salah, membuat respon ke konsumen salah, maka konsumen tidak puas. Ini akan mempengaruhi image (citra) perusahaan," tutur Indra.

Survei dilakukan di 25 negara dan 18 industri terhadap 6.300 orang responden. Adapun profil responden adalah eksekutif di bidang bisnis dan teknologi.

Selain itu, Accenture juga melakukan wawancara terhadap 100 orang CEO global untuk mengetahui visi-visi mereka terkait teknologi yang akan mereka terapkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com