Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Kemasan Indonesia, Diekspor ke Malaysia, Dipasarkan di Singapura

Kompas.com - 19/03/2018, 07:04 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pekan lalu saya berkesempatan menghadiri dan meliput sebuah ajang inovasi teknologi keuangan di Singapura. Beberapa kali ke negara tersebut sebelumnya, saya sudah tahu betapa mahalnya harga sejumlah barang dibandingkan harga barang yang sama di Indonesia.

Salah satunya adalah air minum dalam kemasan, yang harganya di Singapura berkisar antara Rp 5.000 hingga Rp 12.000 per botol kalau dikonversi ke rupiah. Malah, air minum dalam kemasan di Bandara Internasional Changi dibanderol 2 dollar Singapura alias sekitar Rp 20.000.

Oleh karena itu, saya sudah mempersiapkan diri dengan membawa botol minum sendiri, sehingga, saya bisa mengisi ulang botol minum saya di hotel atau di fasilitas air minum umum atau tap water. Kebiasaan ini selalu saya lakukan setiap kali bertugas atau backpacking ke luar negeri.

Akan tetapi, ketika akan pulang ke Indonesia, saya tak bisa menemukan tap water di sekitar gerbang keberangkatan untuk mengisi botol minum. Alhasil, terpaksa membeli air minum dalam kemasan seharga 2 dollar Singapura, mahal!

Baca juga: Danone Menampik Isu Adanya Kandungan Plastik di Air Kemasan Aqua

Ketika saya cerita tentang hal ini ke seorang teman yang memang warga asli Singapura, dia hanya tertawa, menertawakan saya lebih tepatnya. Kata dia, saya seperti orang yang baru pertama kali ke Singapura, mengeluhkan betapa mahalnya harga barang.

"Selamat datang lagi di Singapura, kalau begitu! Kamu seperti orang yang baru pertama kali datang ke sini," ejek dia.

Akan tetapi, bukan soal harga yang mahal, ada hal lain yang lebih menarik perhatian saya. Air minum dalam kemasan yang saya beli itu ternyata buatan Indonesia, tertulis sumbernya dari mata air Gunung Bromo, Jawa Timur.

Selain itu, air minum dalam kemasan itu diekspor ke Malaysia, kemudian diekspor lagi ke Singapura dan dijual di negeri tetangga Indonesia tersebut. Wah, seru betul, pikir saya, perjalanan sebotol air minum dalam kemasan bisa begitu panjang.

Baca juga: Singapura Masih Jadi Kota Termahal di Dunia

Ketika diingat-ingat kembali, memang banyak sekali produk konsumsi seperti makanan dan minuman yang dijual di Singapura adalah produksi Malaysia atau Indonesia. Bahkan tidak terkecuali air minum dalam kemasan, yang membanjiri pasar Singapura.

Beda dengan kita di Indonesia yang masih kerap merebus air untuk dijadikan air minum, warga Singapura sebegitu gandrung dengan air minum dalam kemasan. Hal ini juga diakui seorang teman, warga Kanada yang sudah hampir 4 tahun menetap di Singapura dan sebelum saya pulang, kami sempat berbincang soal air minum dalam kemasan.

"Ya, dalam seminggu aku bisa menghabiskan berbotol-botol besar air minum dalam kemasan," ujar dia.

Penasaran, saya pun mencari informasi soal kebiasaan tersebut. Media Singapura, The Straits Times, pernah mewartakan fenomena gandrung warga Singapura terhadap air minun dalam kemasan, tepatnya pada tahun 2017 lalu.

Data dari biro riset Euro- monitor International menunjukkan, kebutuhan warga Singapura akan air minum dalam kemasan terus tumbuh. Pada tahun 2015 saja, konsumen menghabiskan 134 juta dollar Singapura atau sekitar Rp 1,3 triliun hanya untuk membeli air minum dalam kemasan.

Angka tersebut naik 24 persen dibandingkan lima tahun sebelummya, yakni tahun 2010 silam. Ada lebih dari selusin merek air minum dalam kemasan yang saat ini dijual di Singapura.

Adapun perusahaan air nasional Singapura PUB menyatakan, harga air minum umum (tap water) 1.000 kali lebih murah ketimbang air minum dalam kemasan. Akan tetapi, ada satu hal yang membuat teman saya dan mungkin banyak warga Singapura enggan meneguknya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com