BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Indosat

Ini Waktunya Pengusaha Logistik Sambut Geliat Ekonomi Digital!

Kompas.com - 26/03/2018, 09:03 WIB
Haris Prahara,
Dimas Wahyu

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dewasa ini, semakin banyak usaha rintisan (start up) yang berdiri. Beberapa di antaranya bahkan telah mampu berprestasi di kancah nasional maupun global.

Kondisi itu selaras dengan proyeksi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) pada 2020 bahwa ekonomi digital Indonesia bisa tumbuh hingga 130 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.700 triliun.

Angka proyeksi ekonomi digital 2020 itu mencapai 20 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Proyeksi tersebut naik dari realisasi 2017 sebesar 75 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.000 triliun.

Geliat ekonomi digital itu memberi angin segar bagi hadirnya wirausaha baru. Pelaku bisnis terus bermunculan, tak terkecuali di sektor logistik atau rantai pasokan (supply chain). Dengan masifnya transaksi daring, sektor logistik ikut naik pamor.

Banyaknya pemain baru di industri itu turut membuat persaingan kian panas. Pengusaha logistik mesti pintar memberi pelayanan terbaik. Jika tidak, taruhannya adalah konsumen melayang dan beralih ke pesaing.

Ahli pemasaran Philip Kotler dalam buku legendarisnya bertajuk Principles of Marketing mengatakan, loyalitas pelanggan amat menentukan nasib sebuah perusahaan dalam jangka panjang.

Pelanggan yang setia adalah mereka yang puas dengan produk atau layanan tertentu sehingga memiliki antusiasme untuk memperkenalkannya kembali kepada orang lain.

Karena itu, bagi perusahaan logistik, impresi positif pelanggan amat penting. Pengiriman barang selayaknya dilakukan dengan cermat sehingga barang pesanan tiba tepat waktu.

Butuh solusi manajemen armada

Mengacu data Logistics Performance Index yang dikeluarkan World Bank, kualitas logistik belum menjadi faktor penting yang diperhatikan pebisnis Indonesia.

Di tengah penetrasi transaksi daring, posisi logistik Indonesia justru menurun dari sebelumnya peringkat ke-53 (2014) menjadi peringkat ke-63 (2016).

Peringkat Indonesia masih lebih rendah jika dibandingkan negara tetangga, seperti Malaysia di peringkat ke-32 dan Thailand di peringkat ke-45.

Masih adanya tantangan untuk perbaikan infrastruktur Indonesia seyogianya tak menyurutkan hasrat pengusaha logistik untuk terus memberikan layanan prima bagi konsumen.

Perencanaan kendaraan mesti matang sehingga tercipta efisiensi, baik dari segi biaya maupun waktu pengiriman.

Nah, guna memaksimalkan armada untuk proses distribusi, perusahaan logistik perlu memanfaatkan teknologi digital dalam mengoperasikan bisnisnya. Nextfleet dari Indosat Ooredoo Business misalnya.

Layanan tersebut turut memudahkan pebisnis mapan yang tengah bertransformasi digital untuk bersaing dengan perusahaan rintisan baru.

Salah satu fitur Nextfleet adalah three personas yang menyediakan fitur digital atau aplikasi untuk manajer armada, sopir, dan pelanggan. Semua kegiatan distribusi dapat terpantau secara akurat dan real time melalui sebuah sistem digital atau aplikasi.

Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat mengeklik tautan berikut ini. Bisa juga menghubungi 0815-1201-8888 atau e-mail ke info.business@indosatooredoo.com.

Dengan perencanaan armada logistik yang matang, niscaya perusahaan dapat menerima hasil yang masksimal dengan efisien.

Baca tentang

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com