Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Modal Bergejolak, Atur Kembali Portofolio Anda

Kompas.com - 26/03/2018, 14:05 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Apakah portofolio investasi Anda belakangan ini memerah? Kalau ya, mungkin Anda perlu mengatur ulang strategi investasi Anda.

Para analis menilai tekanan pada pasar modal Indonesia, terutama pasar saham, belum akan hilang dalam waktu dekat. Pasar bakal disetir sentimen efek perang dagang.

Sekadar gambaran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhir pekan lalu (23/3/2018) ditutup di 6.210,79, turun 2,28 persen sejak awal tahun. Sementara Indonesia Composite Bond Index (ICBI) berada di level 242,42, turun 0,23 persen bila dihitung sejak awal tahun.

Lantas, instrumen apa yang cocok dikoleksi dalam kondisi seperti saat ini? Untuk kebutuhan investasi jangka pendek dan menengah, para pakar menyarankan sebaiknya menghindari instrumen investasi berisiko tinggi seperti saham atau obligasi.

Baca juga: Analis: Bursa Saham Mulai Masuk Era Bearish

Perencana keuangan menyarankan investor membenamkan dana di deposito. Instrumen ini tetap likuid kendati pasar finansial terkoreksi. "Kalau ada kebutuhan dalam jangka waktu dekat, sebaiknya pilih deposito," kata Budi Raharjo, Perencana Keuangan OneShildt Financial Planning Minggu (25/3/2018).

Aset safe haven, seperti emas, juga dapat dimanfaatkan. Pamor emas dinilai meningkat seiring konflik perang dagang yang terjadi akhir-akhir ini. Investor pun berpotensi memperoleh keuntungan dari kenaikan harga emas.

Asal tahu saja, emas batangan keluaran Aneka Tambang (Antam) terus menguat. Dalam sepekan, harga emas Antam naik 1,25 persen jadi Rp 649.000 per gram. Ini menjadikan pesona si kuning kian cerah.

Perencana keuangan Finansia Consulting Eko Endarto juga sepakat. Ia menilai investor bisa memilih emas untuk mengamankan investasi dalam kondisi saat ini.

Baca juga: Saham Anjlok, Wanita Terkaya di Hong Kong Kehilangan Separuh Hartanya

Sementara untuk alokasi kebutuhan investasi jangka panjang, saham dinilai masih menarik dan prospektif. Apalagi, saat ini harga saham sudah rendah. "Koreksi saham justru memberikan kesempatan bagi investor jangka panjang untuk membeli saham-saham atau reksadana saham yang dengan valuasi yang lebih murah," kata Farash Farich, Head of Investment Avrist Asset Management.

Farash menyarankan, investor dapat memilih reksadana saham yang portofolionya terdiri dari saham-saham blue chips atau yang berbasis saham indeks IDX30.

Segendang sepenarian, perencana keuangan dan CEO ZAP Finance Prita Ghozie, juga menuturkan investor dengan tujuan investasi di atas sepuluh tahun bisa memanfaatkan momentum penurunan harga saham untuk akumulasi beli.

"Tahun lalu, bank sentral AS juga menaikkan suku bunganya tiga kali, tetapi kinerja reksadana saham masih bisa tumbuh di kisaran 12 persen–15 persen," imbuh Direktur Panin Asset Management Rudiyanto.

Untuk tujuan jangka pendek hingga menengah, Prita merekomendasikan instrumen pasar uang. Adapun, Farash berpendapat reksadana pendapatan tetap dengan portofolio obligasi korporasi juga menarik untuk investasi jangka menengah. Sebab, kupon obligasi korporasi umumnya cukup tinggi. (Danielisa Putriadita, Dimas Andi, Grace Olivia)

Berita ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul Inilah strategi mengatur ulang portofolio saat pasar modal gonjang-ganjing

Kompas TV Dalam sebulan terakhir, dana asing yang keluar dari pasar saham mencapai Rp 11,59 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber


Terkini Lainnya

Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Whats New
Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Work Smart
Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Whats New
Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com