WASHINGTON, KOMPAS.com - Uber telah secara resmi menjual bisnisnya di Asia Tenggara kepada pesaingnya, Grab. Sejumlah pakar menilai, langkah yang diambil Uber tersebut adalah upaya persiapan untuk melantai di bursa dengan skema penawaran umum perdana (initial public offering/IPO).
Mengutip Maine Today, Selasa (27/3/2018), Grab mengakuisisi operasional transportasi dan pengiriman makanan Uber di Asia Tenggara dengan nilai beberapa miliar dollar AS. Uber pun menerima 27,5 persen saham Grab dan CEO Uber Dara Khosrowshahi akan bergabung dalam jajaran direksi Grab.
Sebelumnya, Uber juga telah menjual operasionalnya di Rusia kepada kompetitor lokal, Yandex pada tahun 2017 lalu dengan nilai 3,7 miliar dollar AS. Pun pada tahun 2016, Uber menjual bisnisnya di China kepada rival terberatnya, Didi Chuxing.
Para pakar mengungkapkan, seperti pada dua transaksi sebelumnya, penjualan operasional di Asia Tenggara memungkinkan Uber untuk berinvestasi di pasar-pasar lainnya yang lebih menjanjikan. Pada saat yang sama, Uber pun mengantongi saham perusahaan kompetitornya yang bisnisnya ekspansif.
Baca juga: Resmi Akuisisi Uber, Berikut Rencana Grab
David Kass, profesor di bidang keuangan dari University of Maryland, AS menuturkan, kesepakatan dengan Grab merupakan bagian dari strategi besar untuk membuat Uber lebih atraktif bagi investor-investor potensial.
"Uber menantikan IPO pada tahun 2019 dan mereka harus membereskan laporan keuangan dan neraca mereka. Uber kini lebih fokus pada pasar yang mereka yakini akan lebih sukses, baik dalam hal profitabilitas dan pertumbuhan penjualan," ujar Kass.
Khosrowshahi sendiri telah memulai upaya penurunan kerugian Uber dengan pendekatan bisnis yang lebih terukur dan pragmatis. Tahun lalu, Uber menderita kerugian sebesar 4,46 miliar dollar AS.