Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dongkrak Kinerja, Antam Gandeng Mitsubishi dan Sumitomo

Kompas.com - 27/03/2018, 12:23 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Aneka Tambang Tbk (Antam) semakin giat menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan Jepang. Yang terbaru, mereka menggandeng Sumitomo dan Mitsubishi untuk mengolah bahan baku nikel. Bahkan Antam juga sudah berkunjung ke lokasi pabrik kedua perusahaan raksasa Jepang tersebut. 

Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan, Antam kepincut teknologi Sumitomo dengan nama hydrometal process. Ini adalah teknologi untuk memproses nikel low grade.  Antam saat ini memiliki cadangan terbukti nikel low grade sebanyak 66 juta ton.

"Dalam waktu dekat ini, kami sedang melakukan penjajakan teknologi untuk smelter dalam pemrosesan low grade nickel dengan Sumitomo," terang Arie kepada Kontan, Senin (26/3/2018).

Lantaran masih tahap penjajakan Arie belum bisa membeberkan dana investasi yang atas teknologi itu di smelter.

Baca juga: Hubungan Saudi dan Iran Memanas, Prospek Emas Antam Masih Cerah

Menurut Arie, teknologi milik Sumitomo itu sudah beroperasi di dua pabrik pengolahan atau smelter di Filipina.Antam kini dalam proses penjajakan penggunaan teknologi hydrometal  Sumitomo tersebut. "Sumitomo salah satu yang memiliki teknologi itu dan sudah secara komersial produksi,” ujarnya.

Teknologi itu menggunakan High Pressure Acid Leaching Process (HPAL) di smelter nikel. Jika kerja sama lancar, teknologi ini rencananya akan dibangun di Konawe Utara, Kolaka dan Halmahera Timur. Namun, Arie belum bisa membeberkan target pembangunan smelter HPAL itu karena alasan teknologinya masih dalam penjajakan.

Selain Sumitomo, Antam juga tengah melakukan kerja sama dengan Mitsubishi. Arie bilang, melalui anak Mitshubisi yaitu Pamco Pacifik Metal, mereka sedang melakukan training karyawan di Hachonohe Jepang untuk pengembangan smelter feronikel.

Sebelumnya, Antam juga sudah meneken kerjasama dengan perusahaan asal Jepang, MKK Co.Ltd untuk perdagangan emas batangan di Jepang. Dengan perjanjian kerjasama ini, ANTM menargetkan transaksi jual beli emas hingga 200 kilogram (kg) emas setiap bulan selama satu tahun.

Emas batangan Antam masuk instrumen investasi yang memiliki tingkat akuntabilitas tinggi karena bersertifikat London Bullion Market Association (LBMA) yang terjamin kepastian berat dan kadarnya yakni 99,99 persen. "Kerja sama ini akan memperkuat daya saing serta meningkatkan kinerja kami ke depan," ujar Arie.

Kuota ekspor naik

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, Antam mengajukan rekomendasi ekspor bijih nikel tahun 2018 sebanyak 2,9 juta ton dan bauksit sebanyak 850.00 ton, untuk periode satu tahun ke depan. Izin ini akan diberikan jika mereka bisa menyelesaikan smelter eksisting di Pomala berkapasitas input 2,7 juta ton.

Arie mengungkapkan, pemerintah juga telah memberikan rekomendasi ekspor yang datang dari dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Kini , emiten berkode saham ANTM inu menunggu izin ekspor dari Kementerian Perdagangan.

Adapun hasil rekomendasi ekspor yang keluar dari pemerintah sesuai dengan yang diajukan Antam dyakni 2,9 juta ton untuk bijih nikel dan sebanyak 850.000 ton untuk bijih bauksit.

Meski begitu, angka ini naik dibanding tahun 2017 lalu, perusahaan pelat merah ini mengantongi izin ekspor bijih nikel dengan kuota 2,7 juta ton dan bauksit sebanyak 850.000 ton. (Pratama Guitarra)

Berita ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul Dongkrak kinerja, Antam kian rajin gandeng Jepang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com