Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"E-Commerce" Bukan Penyebab Lesunya Bisnis Ritel, Ini Alasannya

Kompas.com - 05/04/2018, 07:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah peritel di Tanah Air mengumumkan penutupan operasionalnya. Ada pula peritel yang mengumumkan labanya merosot cukup drastis.

Sejumlah pihak yang memandang kondisi bisnis ritel yang cenderung lesu tersebut merupakan akibat dari menjamurnya perdagangan dalam jaringan (daring) termasuk e-commerce. Munculnya beragam toko daring pun tak pelak membuat preferensi belanja konsumen berubah.

Bagaimana tidak, kini konsumen dapat dengan mudah membeli barang yang dibutuhkan, cukup dengan mengunjungi laman atau aplikasi toko daring, memilih barang, membayar, lalu barang dikirim. Konsumen tak perlu repot-repot pergi ke toko atau pusat perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhannya.

Baca juga : Aprindo Sebut Anjloknya Laba Alfamart Gambaran Umum Peritel di Indonesia

Akan tetapi, apakah benar kondisi yang serba mudah dan nyaman itu menjadi biang keladi lesunya bisnis ritel? Pengamat e-commerce Daniel Tumiwa memandang, hal itu tidak sepenuhnya benar.

Daniel menjelaskan, meskipun berkembang sangat pesat, namun perlu diingat bahwa saat ini pangsa e-commerce masih kurang dari 4 persen dari total bisnis ritel. Tentu ini tak sebanding dengan masih jauh lebih besarnya bisnis ritel konvensional.

"Saya tidak melihat gara-gara e-commerce. Masa' gara-gara itu (e-commerce)? Tidak," kata Daniel kepada wartawan di Jakarta, Rabu (4/4/2018).

Daniel menyebut, peritel yang telah ada sebelum e-commerce berkembang perlu memperbaiki diri di tengah berkembangnya teknologi digital. Para peritel tersebut pun harus kembali berinvestasi untuk menata ulang sistem distribusi dan bisnisnya.

Baca juga : Laba Anjlok 50 Persen, Ini Kata Bos Alfamart

Bagi Daniel, bisnis ritel bukannya mengalami penurunan. Akan tetapi, dengan era digital yang terjadi saat ini, adalah sebuah pilihan bisnis apabila peritel konvensional tidak mengubah diri, maka bisa saja mereka mati.

Saat ini pun, imbuh mantan CEO OLX Indonesia tersebut, sejumlah peritel sudah atau tengah dalam proses untuk mengubah dirinya. Tujuannya tentu saja untuk merelevankan diri dengan kondisi saat ini.

"Mereka lagi proses mengubah diri supaya relevan," jelas Daniel.

Dengan pertumbuhan pengguna internet di Tanah Air, Bank Indonesia (BI) memperkirakan ada 24,7 juta orang yang berbelanja secara daring.

Nilai transaksi e-commerce pun diprediksi mencapai Rp 144 triliun pada 2018. Angka tersebut melonjak dari Rp 69,8 triliun pada tahun 2016 dan Rp 25 triliun pada tahun 2014 lalu.

Kompas TV Menjamurnya E-Commerce, seiring dengan beralihnya pola pembelian konsumen ke platform digital menjadi peluang ekspansi pasar bagi industri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com