Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Solusi Soal Pengurangan Perjalanan Komuter Lintas Duri-Tangerang

Kompas.com - 05/04/2018, 15:42 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno menganggap pengurangan perjalanan kereta komuter lintas Duri-Tangerang adalah sebuah kewajaran.

Namun, hal tersebut perlu dicarikan solusinya secara jangka pendek maupun jangka panjang.

"Kalau ada pengurangan perjalanan enggak apa-apa, tetapi kapasitas per satu rangkaiannya harus ditambah terutama ketika jam sibuk pagi dan sore," tutur Djoko kepada Kompas.com, Rabu (4/4/2018).

Djoko menyebutkan, apabila sekarang setiap rangkaian komuter terdiri dari 8 kereta, maka kini bisa ditambah menjadi 10 atau 12 kereta per rangkaian.

Baca juga: Stasiun Duri Tambah Akses Pindah Peron di Bagian Selatan dan Utara

Hal itu merupakan solusi jangka pendek yang bisa dilakukan PT KCI selaku operator kereta komuter Jabodetabek.

Selain itu, Djoko juga meyakini penambahan jumlah kereta dalam satu rangkaian komuter bisa mengurangi kepadatan di Stasiun Duri imbas kedatangannya yang 30 menit sekali.

"Sementara untuk jangka panjangnya juga harus sudah dipikirkan untuk menambah jaringan, umpamanya dari Duri sampai Batuceper ditambah double double track (DDT) seperti Manggarai ke utara," sambung dia.

Keberadaan DDT itu disebut Djoko bisa membuat perjalanan kereta Bandara Soekarno-Hatta tidak mengganggu perjalanan kereta komuter.

Pasalnya, sampai saat ini kereta bandara tersebut masih menggunakan jalur kereta komuter lintas Duri-Tangerang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com