Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BM Anti Dumping Impor PET Ancam Industri Hilir Makanan dan Minuman

Kompas.com - 19/04/2018, 14:38 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) akan berlakukan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap bahan baku kemasan plastik polyethylene therephthalate (PET). Kalangan Industri makanan dan minuman menilai hal ini merugikan industri hilir produk makanan dan minuman karena ongkos produksi tentu akan meningkat seiring dengan harga bahan baku kemasan yang meningkat pula.

Direktur Riset CORE (Centre of Reform on Economic) Piter Abdullah mengatakan, jika pemerintah memberlakukan usulan KADI untuk mengenakan BMAD terhadap impor PET dari China, Malaysia, dan Korea, maka akan menyebabkan biaya industri makanan dan minuman meningkat.

Peningkatan biaya industri pun berujung pada harga jual yang meningkat pula.

"Jika harga jual meningkat, maka akan terjadi penurunan permintaan akibat pengenaan BMAD sebesar 11 hingga 12 persen hal ini menyebabkan penerimaan PPN (Pajak Penghasilan) berpotensi turun sekitar Rp 230 miliar," ujarnya di acara Forum Lintas Asosiasi Industri Makanan dan Minuman, di Jakarta, Kamis (19/4/2018).

Baca juga: Bea Masuk Barang Tak Berwujud Tunggu Keputusan Sri Mulyani

Tidak berhenti sampai di situ sebut dia, dalam jangka panjang penerapan BMAD juga berdampak terhadap semakin kecilnya angka penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

Lebih lanjut dirinya memaparkan jika harga bahan baku kemasan produksi dalam negeri lebih murah, industri makanan dan minuman akan lebih memilih produksi dalam negeri.  "Akibatnya impor akan turun dan penerimaan bea masuk menurun drastis," ujar Piter.

Sehingga sebenarnya jika akhirnya Kementerian Perdagangan memberlalukan BMAD PET, dari sisi pemerintah pun tidak mendapat keuntungan.

Sebelumnya, pelaku industri PET dari PT Indorama Synthetics Indonesia, Tbk pernah mengajukan penerapan BMAD PET kepada KADI pada tahun 2013. Namun, rekomendasi tersebut ditolak oleh Kemendag karena berbagai pertimbangan, salah satunya memberikan dampak terhadap industri makanan dan minuman di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com