Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Tak Senang Harga Minyak Dunia Naik

Kompas.com - 22/04/2018, 11:30 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Sumber CNN Money

NEW YORK, KOMPAS.com - Pergerakan harga minyak dunia tidak luput dari perhatian Presiden AS Donald Trump. Menurut Trump, harga minyak dunia yang perlahan merangkak naik bukan hal yang menyenangkan.

"OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak) melakukannya lagi. Harga minyak terlampau tinggi! Tidak bagus dan tidak akan bisa diterima!" tulis Trump pada akun Twitter pribadinya, Jumat (20/4/2018).

Dikutip dari CNN Money, Minggu (22/4/2018), harga minyak dunia naik menuju 70 dollar AS per barrel dalam beberapa pekan terakhir. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam lebih dari tiga tahun.

Kondisi tersebut membuat posisi Trump seakan terhimpit. Sebab, Trump selama ini mendorong agenda dominasi energi Amerika dengan memangkas regulasi lingkungan dan sejumlah proyek yang telah masuk ke dalam pipeline.

Baca juga : Timur Tengah Memanas, Harga Minyak Naik ke Level Tertinggi sejak 2014

Akan tetapi, di satu sisi, sejumlah negara bagian seperti Texas, Oklahoma, dan North Dakota menggantungkan kemakmuran mereka pada industri minyak. Anjloknya harga minyak pada periode 2014-2016 membuat pengangguran melonjak di tiga negara bagian tersebut dan banyak perusahaan bangkrut.

Namun demikian, apabila harga minyak dunia terus mengalami penguatan, konsumen di AS bakal berteriak. Bagaimana tidak, ini akan membuat harga bahan bakar minyak (BBM) akan merangkak naik pula.

"Negara-negara bagian produsen minyak itu adalah lampu merah Trump. Mereka adalah bagian dari koalisinya. Untuk mencapai dominasi energi, Anda butuh harga yang lebih tinggi guna mendukung investasi," jelas Joe McMonigle, analis senior kebijakan energi di Hedgeye Risk Management.

Baca juga : Arab Saudi Inginkan Harga Minyak di 80 Dollar AS Per Barel

Serangan Trump terhadap OPEC tersebut juga bakal menciptakan konflik dengan upayanya untuk memperbaiki hubungan dengan Arab Saudi. Adapun Arab Saudi adalah negara yang mendorong OPEC melakukan pemangkasan produksi minyak untuk mengerek harga.

Atas upaya OPEC dan sejumlah negara produsen lainnya tersebut, harga minyak dunia sudah naik 12 persen tahun ini. Harga BBM secara rata-rata di AS pun sudah naik 2,75 dollar AS.

"OPEC tidak melakukan hal yang berbeda sejak awal 2017. Cuitan (Trump) tersebut, menurut pendapat saya, sedikit menyesatkan dan tak sepenuhnya faktual," jelas Spencer Walsh, analis pasar minyak di IHS Markit.

Kompas TV Perang dagang yang dipicu oleh Amerika Serikat menjadi sentimen buruk bagi pergerakan minyak mentah dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN Money


Terkini Lainnya

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com