Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Faktor Eksternal, Peningkatan Impor Turut Andil pada Pelemahan Rupiah

Kompas.com - 24/04/2018, 15:10 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai ada hal lain yang mendorong terjadinya pelemahan rupiah terhadap dollar AS di luar faktor eksternal.

Faktor eksternal yang dimaksud di antaranya perbaikan kondisi ekonomi di Amerika Serikat serta meredanya isu perang dagang.

"Terlepas dari faktor eksternal yang tidak bisa kita kendalikan, real demand-nya ada untuk impor. Misalnya, impor minyak dari BUMN besar seperti Pertamina dan PLN," kata David saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (24/4/2018).

Meski impor turut andil dalam pelemahan rupiah, menurut David, faktor pendorong yang dominan tetap ada pada faktor eksternal.

Baca juga : Ekonom: Kemungkinan Rupiah Tembus Rp 14.000 Per Dollar AS Itu Ada

 

Dampak setelah meredanya isu perang dagang juga membuat perhatian pasar kembali pada perkiraan kenaikan suku bunga The Fed, yang kemudian berkembang dengan prediksi kenaikan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.

"Ini kan market bergerak karena antisipasi Fed menaikkan suku bunga yang lebih tinggi atau lebih cepat dari perkiraan. Jadi, masih bergantung pada perkembangan data di Amerika sendiri," tutur David.

Pada awal pekan ini hingga Selasa (24/4/2018) siang, kurs tengah Bank Indonesia menyatakan nilai tukar rupiah sebesar Rp 13.900 terhadap dollar AS. Meski begitu, nilai tukar rupiah masih lebih baik dibanding nilai tukar mata uang negara berkembang lain.

Berdasarkan data pergerakan nilai tukar emerging market kalender berjalan atau year to date, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan atau depresiasi sebesar 2,23 persen.

Baca juga : Pelemahan Rupiah di Mata Bos BCA

 

Beberapa negara lain yang mengalami pelemahan nilai mata uang lebih dalam dari rupiah adalah brazilian real (2,81 persen), indian rupee (3,38 persen), phillipine peso (4,15 persen), dan turkish lira (6,54 persen).

Sementara negara berkembang lain yang nilai mata uangnya mengalami penguatan atau apresiasi terhadap dollar AS adalah thailand baht dan malaysian ringgit.

Thailand baht mengalami apresiasi 4,01 persen, sedangkan malaysian ringgit terapresiasi 3,82 persen.

Kompas TV Rupiah terus mengalami pelemahan. Faktor utama pelemahan rupiah adalah kenaikan suku bunga The Fed.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com