JAKARTA, KOMPAS.com - Musim kemarau jatuh beririsan dengan momen Asian Games 2018. Kondisi tersebut membuat APP Sinar Mas meningkatkan kesiapan dalam menghadapi kemungkinan kebakaran hutan dan lahan.
Demi menghindari asap kebakaran yang pernah menjadi problem nasional, tim manajemen api mereka bekerja ekstra dengan masa waktu yang dinaikkan dua kali lipat dari biasanya. Langkah ini dimulai sejak masa persiapan bulan Mei hingga Oktober 2018 atau sebulan selepas penutupan ajang tersebut.
"Apabila ada hot spot atau titik panas yang ditemukan, teman-teman di lapangan harus segera melakukan penanganan awal. (Jika biasanya) harus di bawah 2 jam, untuk Asian Games harus di bawah 1 jam. Harus sudah melakukan pemadaman awal," ujar Fire Data and Information Technology Manager APP Sinar Mas Gustaf Rantung, Rabu (25/4/2018) di Jakarta.
Target tersebut terkait dengan investasi tambahan sekitar 3,8 juta dollar AS khusus untuk persiapan Asian Games pada Mei-Oktober. Nominal ini di luar investasi yang bernilai lebih dari 100 juta dollar AS untuk upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan tahun 2018.
Penambahan dilakukan di wilayah Ogan Komering Ilir sebanyak 5 menara serta di Banyuasin dan Musi Banyuasin sebanyak 8 menara. Di area yang vegetasinya tidak padat, mereka membangun menara mini setinggi 12 meter sebanyak 25 unit. Peran menara mini disebut menggantikan patroli darat yang dinilai kurang efektif mendeteksi hot spot.
"Karena venue paling dekat di Palembang, makanya kami pusatkan di (sekitar) Palembang. (Pada masa kemarau ini) kami memang juga dalam masa siaga kebakaran," kata dia.
Hot spot belum tentu api
Pemantauan hot spot dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah memperkirakan kemungkinan kemunculan titik api dengan memanfaatkan data-data satelit.
Namun, hot spot yang dilaporkan ini belum tentu benar-benar ada api. Gustaf mengatakan bahwa pada kondisi puncaknya bisa terdapat 200-an laporan hot spot, dan semua informasi itu harus diverifikasi.
"Verifikasi dilakukan dengan mengirim tim berperalatan lengkap. Jika benar hot spot adalah fire spot, orang yang melakukan verifikasi awal harus memadamkan. Mereka sudah bawa pompa dan segala macam, dibantu patroli helikopter," ujarnya.
Khusus di wilayah Palembang, APP Sinarmas sudah menyiapkan tiga helikopter, sementara di lahan konsesi Riau dan Jambi masing-masing dua helikopter.
"Helikopter-helikopter ini bukan hanya untuk patroli, melainkan juga untuk pemadaman. Mereka akan menggunakan sistem water bombing. Jadi, kantong air akan dibuka dari atas," urainya.
Sumber-sumber informasi hot spot, termasuk yang berdasarkan data satelit-satelit, akan dikumpulkan ke kantor pusat pemantauan mereka di Sinar Mas Land Plaza, Jalan MH Thamrin, Jakarta. Data ini termasuk dari pemerintah melalui Badan Mitigasi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Data-data hot spot ini harus diverifikasi dalam waktu 24 jam. Semua disatukan kemudian disebar. Data pun akan diperbarui dua kali sehari pada pukul 09.00 dan 15.00.
"Jika sudah 7 jam (tidak ada laporan verifikasi setelah laporan hot spot), pusat pemantau di regional akan menghubungi untuk tahu situasinya bagaimana. Kemudian sumber dayanya juga harus dilaporkan, berapa helikopter yang diperlukan, berapa mobil pemadam, dan seterusnya," tambahnya.
Evaluasi kemudian berlaku untuk memastikan bahwa api sudah diatasi. Hal ini dilakukan demi menghindari kecurangan data lapangan yang justru malah membahayakan.
"Katakanlah area kebakaran 2 hektar. Turun dua tim, tetapi kok 10 jam belum selesai. Nanti diaduit, mereka benar enggak luasan kebakarannya. Jangan sampai karena mengejar indeks penilaian kerja, luasan kebakaran 10 hektar dibilang 3 hektar," kata Gustaf.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.