Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengusaha Soal Leletnya Mengurus Usaha di Daerah

Kompas.com - 27/04/2018, 15:50 WIB
Yoga Hastyadi Widiartanto,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

MOROTAI, KOMPAS.com - Leonard Tanhar, seorang pengusaha ikan dari Morotai bercerita betapa rumitnya urusan investasi di daerah. Pengalamannya adalah ketika mengurus pendirian cold storage untuk pengepulan ikan dari nelayan-nelayan sekitar Morotai Selatan Barat.

Kerumitan yang dialaminya adalah ketika berhadapan dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Maluku Utara.

Pada 2016 dia ditawari kesempatan untuk mencari investor pembangunan cold storage yang terintegrasi dengan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) atau disebut juga Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) di Desa Tiley, Morotai Selatan Barat.

Ketika penawaran tersebut diberikan, menurutnya sudah ada bangunan di kawasan SKPT Desa Tiley. Namun belum beroperasi dan hingga sekarang tetap kosong.

"Saya cari dan ada yang mau inves. Lalu saya diminta membuat proposal, setelah itu menyerahkannya ke propinsi. Disuruh menunggu tiga bulan. Tapi setelah itu tak ada kabar, malah dibilang berkasnya hilang," kisahnya saat ditemui di cold storage yang dikelolanya, Kamis (26/4/2018).

Dia kemudian diminta memasukkan proposal baru dari awal. Dia pun diharuskan menunggu tiga bulan lagi untuk mendapatkan kabar kelanjutan proposal tersebut.

Namun setelah kembali menunggu, dengan total penantian 6 bulan, Leonard tak kunjung mendapat kabar. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk membeli tanah yang terletak dekat dengan lokasi SKPT Desa Tiley.

"Setelah bangun dan cold storage jalan, baru orang provinsi datang menawarkan untuk ikut mengelola lagi. Ya bagaimana, saya urus yang sudah berdiri dulu,” kata Leonard.

Dia sendiri tidak menutup kemungkinan untuk ikut serta mengelola jika Pemda setempat kembali mengajak kerjasama pengembangan kawasan sentra perikanan itu. Asalkan perkembangan hasil tangkapan ikan di daerah tersebut bagus makin banyak.

“Kalau perkembangannya bagus, baru nanti bisa rencanakan lagi yang baru," pungkasnya.

Saat ini, cold storage yang dibangun di samping lahan SKPT Desa Tiley memiliki kapasitas 100 ton. Setiap hari nelayan-nelayan kecil menyetor ikan sebanyak 50 kilogram hingga 100 kilogram.

Ikan yang ditangkap adalah jenis cakalang dan baby tuna. Setiap bulan, hasil tangkapan itu dijual ke Surabaya menggunakan tol laut yang melintasi Morotai.

SKPT yang mangkrak

Asisten Deputi Bidang Sumber Daya Energi Mineral dan Non Konvensional, Kemenko Kemaritiman, Amalyos Chan mengatakan SKPT yang berada di Desa Tiley itu sebenarnya sudah mangkrak selama 11 tahun.

Proses pendirian sentra perikanan itu dimulai pada 2005 dan selesai pada 2007. Namun dia tidak bisa memastikan apakah pengembangan kawasan perikanan tersebut awalnya menggunakan dana daerah atau dana dari pemerintah pusat.

“Kalau itu bukan di wilayah (kerja) saya, jadi mesti dikoordinasikan dulu dengan tim lain di Kemenko Kemaritiman. Prinsipnya kami akan telusuri dulu (historis pembangunan dan dana SKPT yang mangkrak). Kalau bisa, nanti ke depan digerakkan lagi, apakah dengan kerja sama swasta atau lainnya,” ujar Amalyos yang juga mengunjungi SKPT Desa Tiley dan cold storage yang dikelola Leonard Tanhar.

Dia menambahkan, karena sudah ada cold storage yang beroperasi maka instansinya akan mengikuti dulu perkembangannya. Selain itu, Amalyos juga menjanjikan agar pasokan listrik dan BBM untuk kebutuhan industri pengolahan ikan itu lancar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com