Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Rapat KSSK, Sri Mulyani Pastikan Sistem Keuangan Indonesia Stabil dan Terkendali

Kompas.com - 30/04/2018, 22:39 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menggelar rapat perdana pada 2018 untuk membahas beberapa isu krusial terkait sistem keuangan nasional.

Rapat perdana KSSK ini dipimpin Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani selaku Ketua KSSK, dan dihadiri pula oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, Ketua Dewan Komisaris Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah.

Pada rapat perdana KSSK ini, Sri Mulyani memastikan bahwa sistem keuangan dalam kondisi stabil dan terkendali pada triwulan I 2018, kendati tekanan pada pasar keuangan mengalami peningkatan menjelang akhir April 2018.

"Sistem keuangan yang stabil dan terkendali tersebut ditopang oleh fundamental ekonomi yang kuat, kinerja lembaga keuangan yang membaik, dan kinerja emiten di pasar modal yang stabil," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers di Gedung Kebon Sirih, Bank Indonesia, Jakarta, Senin (30/4/2018).

Baca juga : Jaga Stabilitas Sistem Keuangan, KSSK Optimalkan Bauran Kebijakan

Rapat tersebut juga turut membahas tekanan yang terjadi pada nilai tukar rupiah selama April 2018. Menurut Sri Mulyani, hal itu terjadi karena faktor eksternal berupa penguatan mata uang dollar Amerika Serikat (AS) hampir terhadap seluruh mata uang di dunia.

"Penguatan dollar AS ini juga didorong oleh berlanjutnya kenaikan yield US treasury atau suku bunga obligasi negara AS hingga mencapai 3,03 persen yang tertinggi sejak 2013 dan potensi kenaikan Fed Funds Rate lebih dari tiga kali," jelas Sri Mulyani.

Sebelumnya diberitakan, kenaikan yield dan suku bunga di AS dipicu oleh meningkatnya optimisme investor terhadap prospek ekonomi di Negeri Paman Sam.

Optimisme itu sendiri muncul akibat berbagai data yang menyebutkan kalau ekonomi AS terus membaik seiring dengan ketegangan perdang dagang antara AS dan China selama 2018 ini.

Hingga pada akhirnya, mayoritas mata uang negara di emerging market termasuk Indonesia ikut melemah.

Ketidakpastian Global

Seperti diberitakan sebelumnya, beberapa pekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat anjlok dan meninggalkan batas psikologis di level 6.000. 

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio sebelumnya mengatakan, ketidakpastian global adalah faktor utama yang mendorong anjloknya IHSG.

"Ini karena pasar global ada uncertainty, karena ada Trump effect, tapi tidak akan terjadi seperti 98," ujarnya saat konferensi pers di Bursa Efek Indonesia, Kamis (26/4/2018).

Baca juga : KSSK Waspadai Risiko Arah Kebijakan AS

Lebih lanjut dirinya mengatakan kondisi perekononian Indonesia cenderung masih stabil, sehingga dirinya masih memandang optimis terhadap kondisi pasar.

"Saya masih optimis karena masih bagus growth kita. Jika perseroan berjalan baik, growth revenue baik, number of investor masih meningkat, frekuensi transaksi masih meningkat, kita masih confident," lanjutnya.

Lebih lanjut Tito menjelaskan secara historikal data, hal serupa pernah terjadi pada tanggal 16 hingga 23 Desember 2016, saat itu indeks turun 3,9 persen karena kemenangan Trump.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com