Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PT KAI Kaji Infrastruktur untuk Operasikan Kereta “Double Decker"

Kompas.com - 05/05/2018, 18:41 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Heru Margianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Keretan Api Indonesia (KAI) berencana mengoperasikan kereta tingkat (double decker). Saat ini PT KAI tengah melakukan kajian infrastuktur. 

"Untuk rute, jalur, dan infrastrukturnya ini akan dilakukan kajian, termasuk jalur yang akan dilalui," ujar Kepala Humas PT KAI Agus Komarudin kepada Kompas.com, Sabtu (5/5/2018).

Misalnya, kata Agus, jika dimensi kereta tidak bisa melewati terowongan, maka akan dialihkan lewat jalur utara yang tidak ada terowongannya. Nantinya jalur kereta akan disesuaikan pula dengan jembatan dan stasiun yang akan dilewati.

"Jadi masih perlu kajian-kajian, baik infrastruktur atau sarana keretanya untuk saling menyesuaikan dengan kondisi yang sudah ada bila memungkinkan," kata Agus.

Baca juga: Ini Alasan PT KAI Menggagas Kereta Double Decker

Agus mengatakan, ide pembuatan kereta double decker dicetuskan KAI saat dilakukan pertemuan dengan PT Industri Kereta Api (INKA), Maret 2018 lalu. Pembahasan tersebut masih sekadar gagasan, belum dilaksanakan kontrak dengan INKA.

"Tapi INKA menyanggupi," kata Agus.

Target 2010

Sebelumnya, Direktur Utama PT INKA Budi Noviantoro menyatakan bahwa PT KAI tak hanya meminta kereta sleeper, tapi juga kereta bertingkat.

Budi menargetkan pekerjaan pembuatan kereta double decker selesai pada 2020. Namun, ia mengakui ada sejumlah kendala untuk mengoperasikan kereta bertingkat itu. 


"(Bentuknya) seperti bus tingkat. Kalau di luar negeri sudah biasa dan di Eropa juga banyak. Tetapi, rel (di sana) lebih lebar 14,35 sementara kita hanya 10,47," ujar Budi.

Budi menjelaskan, PT INKA saat ini membutuhkan data sinkronisasi sarana dan prasarana. Untuk itu, PT KAI harus melakukan studi terkait ruang bebas.

Budi menambahkan, secara teknis PT INKA sanggup memproduksi kereta double decker sesuai pesanan PT KAI. Namun, sebelum pesanan ini diproduksi, prasarana seperti rel, jembatan, dan perlintasan harus dipastikan bisa dilewati kereta tersebut.

"Kalau dari sarana kami siap. Tapi dari prasarana harus dilihat karena jalur lurus bisa kecapatan 160 kilometer per jam, tetapi tidak bisa di lengkungan," imbuh Budi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Tertahan Sejak 2022, Bea Cukai Akhirnya Serahkan Alat Belajar SLB ke Pihak Sekolah

Whats New
BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

BI Beberkan Perbedaan Kondisi Ekonomi Saat Ini dengan Krisis 1998

Whats New
Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Kemenperin: Indeks Kepercayaan Industri April Melambat Jadi 52,30

Whats New
Intip 'Modern'-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Intip "Modern"-nya Pasar Tradisional Lebak Budi di Lampung, Usai Tawar Menawar Bayarnya Pakai QRIS

Whats New
IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

IHSG Ditutup Menguat 119 Poin, Rupiah Masih Lesu

Whats New
Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

Logam Mulia Bisa Jadi Pelindung Aset, Bagaimana Penjelasannya?

BrandzView
KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

KKP Mulai Uji Coba Penangkapan Ikan Terukur, Ini Lokasinya

Whats New
Namanya 'Diposting' Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Namanya "Diposting" Jadi Menteri BUMN di Medsos, Menteri KKP: Kita Urus Lobster Dulu...

Whats New
Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Genjot Dana Murah, Bank Mega Syariah Gelar Program Tabungan Berhadiah

Whats New
Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Foxconn Tak Kunjung Bangun Pabrik di RI, Bahlil: Masih Nego Terus...

Whats New
Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Strategi Bisnis Bank Jatim di Tengah Tren Suku Bunga Tinggi

Whats New
Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Sambangi Gudang DHL, Dirjen Bea Cukai: Proses Kepabeanan Tak Bisa Dipisahkan dari Perusahaan Jasa Titipan

Whats New
Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
BKKBN Sosialisasi Cegah 'Stunting' melalui Tradisi dan Kearifan Lokal 'Mitoni'

BKKBN Sosialisasi Cegah "Stunting" melalui Tradisi dan Kearifan Lokal "Mitoni"

Whats New
Cara Membuat CV agar Dilirik HRD

Cara Membuat CV agar Dilirik HRD

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com