Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Limbah Sawit yang Lantas Bernilai Rp 1 Miliar

Kompas.com - 07/05/2018, 11:40 WIB
Dimas Wahyu

Penulis

JAMBI, KOMPAS.com - Produksi minyak sawit di Indonesia tercatat 41,98 juta ton pada 2017. Angka ini meningkat dibanding 2016 sebesar 35,57 juta ton berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia.

Sekian puluh juta ton minyak sawit tersebut memenuhi kebutuhan bahan baku minyak masak, margarin, biskuit, sabun, hingga kosmetik untuk pasar dalam negeri dan dunia.

Di sisi lain, limbah pun tersisa dalam jumlah yang tidak kalah besar mengingat hasil produksi minyak sawit itu mencapai puluhan juta ton.

Termasuk pula di Jambi, salah satu provinsi di Sumatera ini menjadi tempat lahan konsesi produksi sawit nasional. Lebih khusus lagi di Desa Dataran Kempas, Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

"Total 400 hektar. Produksi sawit per kavling 2 ton. Itu sudah paling tinggi," ujar Supari (45), Ketua Kelompok Tani Mekar Jaya di Desa Dataran Kempas.

Transmigran asal Sragen yang membentuk kelompok taninya pada 1987 ini melihat bagaimana pengaruh besar sawit terhadap mata pencaharian masyarakatnya.
 

Supari, Ketua Kelompok Tani Mekar Jaya di Desa Dataran Kempas, berdiri di tempat pengolahan limbah sawit yang siap dijadikan pupuk kompos, Kamis (3/5/2018). Pupuk olahan kelompoknya kini menghasilkan Rp 1 miliar.Dimas Wahyu Supari, Ketua Kelompok Tani Mekar Jaya di Desa Dataran Kempas, berdiri di tempat pengolahan limbah sawit yang siap dijadikan pupuk kompos, Kamis (3/5/2018). Pupuk olahan kelompoknya kini menghasilkan Rp 1 miliar.

"Di sini mayoritas petani sawit, artinya juga banyak limbah," kata dia.

Supari bercerita bahwa limbah sawit ini kemudian diolah menjadi pupuk kompos. Saat ini, nilai totalnya mencapai lebih dari Rp 1 miliar.

Cerita pupuk Supari bersama Mekar Jaya bermula dari pemberian sapi 8 ekor dari PT Wirakarya Sakti (WKS) yang merupakan mitra APP Sinarmas.

Ia melihat kotoran sapi berlimpah. Idenya kemudian muncul untuk mengolahnya menjadi pupuk kompos dengan memanfaatkan limbah sawit. Namun, memasarkannya bukanlah hal yang mudah.

"Kotoran sapi ya siapa yang mau," ujarnya, yang kemudian dibantu sejumlah pihak menyempurnakan komposnya agar dapat diserap pengelola lahan sawit.

Dukungan itu, tiga di antaranya, datang dari PT WKS sendiri, serta pihak dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Jambi (Unja).  

Tujuh puluh persen limbah

Peneliti dari UGM, Unja, bersama WKS memberikan pelatihan pengolahan dan pengomposisian kotoran sapi dengan limbah. Totalnya 70 persen dari limbah, yang terdiri dari sisa kupasan buah atau jangkos (janjang kosong), abu sisa pembakaran di pabrik kelapa sawit, dan pelepah sawit yang dibuang saat perawatan.

"Sisa kupasan buah 30 persen, 30 persen kotoran sapi. Lalu abu sisa pembakaran 20 persen, hijauan dari pelepah segar 20 persen. (Pelepah diambil dari pohon sawit) karena memang harus di-grooming, di sini sangat melimpah," ujar Marsono, kepala produksi di Mekar Jaya.

Limbah sawit dan kotoran sapi olahan Kelompok Tani Mekar Jaya di Desa Dataran Kempas, Jambi, dalam tahap fermentasi, Kamis (3/5/2018).Dimas Wahyu Limbah sawit dan kotoran sapi olahan Kelompok Tani Mekar Jaya di Desa Dataran Kempas, Jambi, dalam tahap fermentasi, Kamis (3/5/2018).
Empat macam bahan baku ini diaduk dengan traktor tangan. Setelahnya, hasil adukan ditutup dengan terpal sebagai proses fermentasi. Proses ini berlangsung minimal selama 21 hari, sampai akhirnya hasilnya dibungkus dan dijual. Produksi pupuk itu kini 1.000 ton dalam sebulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com