Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa-masa Berat Rupiah Belum Usai

Kompas.com - 08/05/2018, 13:22 WIB
Bambang P. Jatmiko

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Masa-masa berat ekonomi Indonesia belum lewat. Selain pertumbuhan ekonomi yang stagnan akibat kelesuan daya beli, laju pelemahan rupiah berbarengan dengan lonjakan harga minyak bumi menjadi tantangan serius ekonomi dalam negeri.

Kemarin Senin (8/5/2018), rupiah menembus level psikologisnya. Data Bloomberg menunjukkan rupiah di pasar spot melemah 0,4 persen ke posisi Rp 14.003 per dollar Amerika Serikat (AS). Ini jadi posisi terlemah rupiah selama 28 bulan terakhir. Hari ini pun rupiah kembali melemah ke Rp 14.043 per dollar AS.

Baca: Dollar AS Tembus Rp 14.000, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Saat bersamaan, harga minyak West Texas Intermediate (WTI), naik 1,2 persen menjadi 70,56 dollar AS per barel. Ini adalah posisi tertinggi harga minyak dalam 30 bulan terakhir.

Ihwal pelemahan rupiah, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2018 yang hanya 5,06 persen menjadi salah satu katalis negatif. Sebelumnya, pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 bisa mencapai 5,2 persen.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, ekspor yang masih di bawah prediksi membuat pertumbuhan ekonomi tak maksimal. Belum lagi, daya beli masyarakat belum membaik.

Tetapi, memang, tekanan terbesar bagi mata uang Garuda masih berasal dari sisi eksternal. Perbaikan ekonomi AS  telah menguatkan otot  dollar AS terhadap hampir semua mata uang dunia. Kemarin, indeks dollar AS menguat mencapai level 92,81, tertinggi sejak Desember 2017.

"Permintaan dollar pun naik dan membuat sebagian besar mata uang dunia ikut melemah," kata dia, Senin (7/5/2018).

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menghitung, jika mengacu pada fundamental ekonomi Indonesia saat ini, level wajar rupiah saat ini adalah 13.600-13.700 per dollar AS. Dia juga mengingatkan, pelemahan rupiah  juga bukan yang terburuk.  Sepanjang tahun ini, rupiah melemah 3,29 persen terhadap dollar AS, sementara rupee India sudah terkoreksi 5,11 persen.

Analis Monex Investindo Putu Agus Pransuamitra berharap, Bank Indonesia (BI) terus menjaga rupiah lewat intervensi pasar. Apalagi posisi cadangan devisa masih mencapai 126 miliar dollar AS. Namun, menaikkan suku bunga acuan lebih efektif meredam pelemahan rupiah. "Tentu jika semua instrumen gagal menguatkan rupiah," ujar Putu.

BI juga harus melakukannya pada timing yang tepat agar tidak terlambat seperti Bank Sentral Argentina yang mengerek suku bunga tiga kali sepekan terakhir. Prediksi Putu, akhir Mei, rupiah bisa menyentuh 14.120 per dollar AS.

David melihat, BI tidak akan terburu-buru menaikkan bunga acuan. Proyeksi dia, BI mengerek bunga acuan pada semester II-2018, setelah  ada kepastian tentang kenaikan suku bunga AS, Juni 2018. (Anna Suci Perwitasari, Danielisa Putriadita)

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Masa-masa berat rupiah belum lewat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Banjir Landa Konawe Utara, 150 Lahan Pertanian Gagal Panen

Whats New
Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Amankan 4 Penumpang, Petugas Bandara Juwata Gagalkan Penyelundupan 4.047 Gram Sabu

Whats New
478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

478.761 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek pada Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Whats New
Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Pengertian Dividen Interim dan Bedanya dengan Dividen Final

Earn Smart
Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Pajak Dividen: Tarif, Perhitungan, dan Contohnya

Earn Smart
Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Jalan Tol Akses IKN Ditargetkan Beroperasi Fungsional Pada Agustus 2024

Whats New
Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Cara Menghitung Dividen Saham bagi Investor Pemula Anti-Bingung

Earn Smart
Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Sepanjang 2023, AirAsia Indonesia Kantongi Pendapatan Rp 6,62 Triliun

Whats New
Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema 'Part Manufacturer Approval'

Menyehatkan Pesawat di Indonesia dengan Skema "Part Manufacturer Approval"

Whats New
Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Libur Panjang, Tiket Whoosh Bisa untuk Masuk Gratis dan Diskon 12 Wahana di Bandung

Whats New
Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Memahami Dividen: Pengertian, Sistem Pembagian, Pajak, dan Hitungannya

Earn Smart
Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Limbah Domestik Dikelola Jadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah di Kutai Timur

Whats New
Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 11 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Sabtu 11 Mei 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Harga Bahan Pokok Sabtu 11 Mei 2024, Semua Bahan Pokok Naik, Kecuali Daging Sapi Murni

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com