Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjualan 500.000 Ton Sawit ke China Perkuat Posisi Tawar Indonesia ke UE

Kompas.com - 08/05/2018, 20:52 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Palupi Annisa Auliani

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com
—Pembelian 500.000 ton sawit oleh China disebut membuat posisi tawar Indonesia ke Uni Eropa (UE) terkait komoditas ini menguat.

"(Lobi dengan Uni Eropa) sampai sekarang bagus saya kira, artinya sekarang mereka sudah tahu posisi kita, sudah jelas dia tahu posisi kita kuat apalagi dengan China mau beli ini kan juga memberi mereka sinyal," kata Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut B Pandjaitan di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (8/5/2018).

Sebelumnya, Uni Eropa dianggap telah melakukan diskriminasi terhadap produk minyak kelapa sawit dari Indonesia. Salah satu dasarnya adalah rencana mereka menghapus minyak sawit sebagai alternatif bahan dasar biodiesel di kawasannya pada 2021.

Baca juga: Menteri Luhut: Industri Sawit Berkontribusi Besar bagi Indonesia

Rencana tersebut oleh Pemerintah Indonesia dianggap memberikan dampak buruk bagi citra minyak sawit dan dilihat sebagai salah satu penyebab kerusakan alam lewat deforestasi.

Saat ini, Uni Eropa merupakan wilayah yang paling banyak mengimpor minyak sawit dari Indonesia setelah India.

"Pada 2017 India paling besar (mengimpor minyak sawit) sampai 7,6 juta ton, Uni Eropa 5 juta ton, dan China 3,7 juta ton," sebut Luhut.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa Perdana Menteri (PM) China Li Keqiang meyetujui pembelian 500.000 ton minyak kelapa sawit dari Indonesia.

Baca juga: Di Hadapan PM Li, Jokowi Berharap Ekspor RI ke China Bisa Ditingkatan

"Tadi secara khusus, PM Li menyanggupi bentuk peningkatan ekspor kita, tambahan minimal 500.000 ton minyak kelapa sawit ke Tiongkok," ungkap Jokowi.

PM Li menurut Jokowi mengaku juga tertarik mendatangkan buah-buahan Indonesia. Sebab, ada sejumlah buah di Indonesia yang tidak ada di China padahal memiliki banyak keunggulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com