Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Tak Lagi Sesuai Fundamental, BI Buka Ruang Naikkan Suku Bunga Acuan

Kompas.com - 11/05/2018, 12:35 WIB
Mutia Fauzia,
Palupi Annisa Auliani

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com
—Bank Indonesia (BI) menyatakan kemungkinan menaikkan suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo).

Namun, BI juga akan konsisten mendorong berjalannya mekanisme pasar secara efektif dan efisien, dengan kepastian ketersediaan likuiditas rupiah dan valuta asing (valas).

"Pelemahan nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan terakhir sudah tidak lagi sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini. Bank Indonesia akan secara tegas dan konsisten mengarahkan dan memprioritaskan kebijakan moneter pada terciptanya stabilitas," ujar Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo melalui keterangan tertulis, Jumat (11/5/2018).

Baca juga: BI Disarankan Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin

Menurut Agus, operasi moneter di pasar valus juga akan terus dilanjutkan untuk meminimalkan volatilitas nilai tukar rupiah.

"Agar keyakinan pelaku ekonomi dapat dipastikan tetap terjaga," ujar Agus.

Selain itu, Agus memastikan BI memperkuat berkolaborasi dengan otoritas terkait dan industri keuangan terutama asosiasi, untuk memperdalam dan mengefisienkan price discovery di pasar valas dan pasar uang.

Langkah lain yang akan ditempuh BI, sebut Agus, antara lain penambahan variasi instrumen, penguatan infrastruktur pasar keuangan, dan memperkuat kredibilitas suku bunga acuan pasar (market reference rate).

Koordinasi dengan pemerintah, lanjut Agus, akan semakin diperkuat untuk memastikan terjaganya inflasi sesuai sasaran, memastikan berjalannya reformasi struktural secara efektif untuk memperkuat struktur neraca transaksi berjalan dan neraca modal, serta berbagai kebijakan struktural lainnya untuk meningkatkan daya saing perekonomian.

Baca juga: Dollar AS Tembus Rp 14.000, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Sebagai informasi, kondisi global terutama siklus peningkatan suku bunga di Amerika Serikat, meningkatnya harga minyak dunia, serta menguatnya risiko geopolitik sebagai akibat meningkatnya tensi sengketa dagang AS-China dan pembatalan kesepakatan nuklir AS-Iran, telah mendorong penguatan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang lain, termasuk rupiah.

Per 9 Mei 2018, selama Mei 2018 (month to date) rupiah melemah 1,2 persen terhadap dollar lain. Negara kawasan juga mengalami hal serupa, antara lain baht Thailand yang tergerus 1,76 persen dan lira Turki melorot 5,27 persen.

Adapun selama 2018 (year to date), rupiah telah melemah 3,67 persen terhadap dollar AS. Sementara itu, peso Filipina terdpresiasi 4,04 persen, rupee India 5,6 persen, real Brasil 7,9 persen, rubel Rusia 8,84 persen, dan lira Turki 11,42 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com