Utang sebagai alternatif
Dengan kondisi seperti itu, utang menjadi alternatif pembiayaan yang juga memerlukan persetujuan dari DPR melalui Badan Anggaran (Banggar).
Setelah disetujui Banggar, RAPBN dibawa ke sidang paripurna DPR. Melalui sidang paripurna DPR yang dipimpin oleh para unsur pimpinan DPR yang salah satu Wakil Ketuanya adalah Yang Terhormat Bapak Fadli Zon, Rancangan APBN disahkan menjadi Undang-Undang APBN.
Jadi selain bagian kebijakan fiskal, utang dalam APBN juga menjadi proses politik karena harus disetujui oleh wakil rakyat di DPR.
Sebagai contoh, dalam APBN 2018 yang telah disetujui DPR, utang merupakan konsekuensi dari defisit APBN sebesar Rp 325,9 triliun.
Pemenuhan kebutuhan pembiayaan tersebut dilakukan melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dan penarikan pinjaman.
Rupiah yang melemah
Sekarang mengenai kondisi nilai tukar rupiah yang melemah. Sebagaimana telah disampaikan oleh berbagai pengamat, akademisi dan juga pemerintah, kondisi global sedang mengalami sedikit goncangan sebagai akibat kebijakan fiskal dan moneter di Amerika Serikat.
Yang pertama adalah pengumuman kebijakan moneter akan rencana kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS yang melebihi frekuensi biasanya. Lalu ada kebijakan pemangkasan tarif pajak sebagai bagian kebijakan fiskal di AS.
Ini semua menyebabkan arus modal yang tadinya tersebar di beberapa negara akan berbalik menuju ke AS. Kembalinya dolar AS ke kampung halamannya membuat penguatan nilai dolar AS terhadap hampir semua mata uang dunia (broadbase).
Jadi hal ini tidak terjadi hanya di Indonesia saja, tapi juga di banyak negara.
Fundamental Indonesia kuat
Meski melemah, rupiah masih bisa bertahan dengan baik. Itu karena fundamental perekonomian negara kita kuat.
Walaupun menembus Rp 14.000, kalau dilihat dari prosentase depresiasi dibandingkan posisi akhir 2017, rupiah masih terdepresiasi di kisaran 3,88 persen.
Prosentase depresiasi ini masih lebih kuat bila dibandingkan Rusia (9 persen), Brazil (9 persen) dan Filipina (4 persen).
Cadangan devisa kita per akhir April 2018 juga masih berada pada nilai 124,86 miliar AS, setara dengan 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri. Ini menunjukkan fundamental kita masih sangat kuat.
Dinamika perekonomian global juga ditandai adanya perang dagang Amerika dan Tiongkok, konflik geopolitik, dan konflik Amerika vs Iran. Kondisi ini juga berdampak negatif pada pasar keuangan dalam negeri .
Dalam 3 kali lelang terakhir, pemerintah mengambil penawaran yang masuk lebih rendah dari target indikatif yang diumumkan, terutama mengingat incoming bids yang relatif rendah karena investor cenderung wait and see terhadap perkembangan pasar keuangan global dan domestik.
Halaman selanjutnya, Pandangan Fadli Zon Tidak Benar...