Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Mendukung Ekspor, Indonesia Perlu Diversifikasi Pasar

Kompas.com - 15/05/2018, 19:09 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Neraca perdagangan Indonesia defisit defisit 1,63 miliar dollar AS pada April 2018. Angka ini meleset dari perkiraan ekonom yang memperkirakan bahwa pada bulan April akan terjadi surplus pada neraca perdahangan.

Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan, untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan diversifikasi pasar.

Baca: April 2018, Neraca Perdagangan Indonesia Defisit 1,63 Miliar Dollar AS

"Kita mesti diversifikasi untuk barang ekspor dan pasar, serta meningkatkan daya saing, biar nggak rugi," ujarnya.

Dia menyayangkan neraca perdagangan yang defisitketika semua komponen ekonomi bagus.

"Januari defisit, Februari juga kita deifist, Maret tumbuh sangat menjanjikan, Makannya ekonom memrediksi surplus untuk bulan April," ujar Kepala BPS Suhariyanto melalui konferensi pers di kantor BPS, Selasa (15/5/2018).

Menurutnya, pelemahan rupiah beberapa waktu lalu sebenarnya sangat ideal untuk meningkatkan ekspor. Karena, ketika rupiah melemah maka impor akan tertahan karena pabrik akan mengurangi jumlah bahan baku.

"Tapi saya bilang masih ada kendala, struktur ekspor kita masih jatuh," ujarnya.

Sebagai informasi, Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia, dengan total nilai ekspor mencapai 1,81 miliar dollar AS yang mencakup bahan bakar mineral, lemak dan minyak nabati, serta bijih logam. Angka ini turun sebesar 537 juta dollar AS atau 22,81 persen dibandingkan Maret 2018.

Sementara itu, negara lain yang mengalami penurunan adalah Amerika serikat yang turun 9,98 persen sebesar 158,7 juta dollar AS, dan India turun 13,25 persen sebesar 155,1 juta dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com