Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Bunga Acuan Naik dapat Tahan Pelemahan Rupiah, tetapi...

Kompas.com - 17/05/2018, 04:49 WIB
Mutia Fauzia,
Palupi Annisa Auliani

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com
Rupiah sempat menyentuh level Rp 14.100 pada Rabu (16/5/2018) siang dan ditutup di level Rp 14.097 per dollar AS. Adapun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh titik terendah di level 5.738,57 meski kemudian merangkak menjadi 5.841,46.

Pengamat ekonomi beranggapan Bank Indonesia (BI) sudah waktunya harus menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate (BI7DRR). Namun, kenaikan suku bunga acuan ini disarankan tidak lebih dari 25 basis poin pada setiap kali kenaikan, agar tidak berdampak berlebihan pula terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kalau (BI7DRR) naik untuk mengendalikan rupiah tidak bisa cuma sekali, tapi (lebih baik) empat kali naik sampai (kenaikannya) 1 persen. Kalau tujuannya mengendalikan rupiah," ujar Chief Economist Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (16/5/2018).

Baca juga: Rupiah Berlanjut Melemah, Pemerintah Diminta Perjelas Kebijakan Makroekonomi

Menurut Lana, jika BI memang menempuh kebijakan menaikkan suku bunga acuan untuk menghadapi fluktuasi rupiah maka sifatnya sementara saja. Kebijakan dilakukan hanya untuk menahan sentimen publik agar tidak terlalu negatif terhadap rupiah.

Lebih lanjut Lana menjelaskan, Indonesia masih memerlukan kebijakan fiskal dan moneter lain untuk mengakomodasi pertumbuhan ekonominya. Terlebih lagi, pertumbuhan ekonomi juga dapat berhadapan dengan tantangan lain ketika suku bunga acuan naik, sehingga proyeksinya bisa turun lagi menjadi kisaran 4,7-5 persen.

"Di balik tujuan (mengendalikan) rupiah itu pasti ada yang sengsara, ada yang trade off, yaitu pertumbuhan ekonomi. Sekarang kita berada pada posisi harus memilih antara rupiah stabil atau pertumbuhan ekonomi baik," lanjut Lana.

Baca juga: Menjaga Rupiah, Perlukah BI Menaikkan Suku Bunga?

Lana mengakui pula, ekonomi Indonesia sangat rentan terhadap sentimen. Sudah begitu, dollar AS pun sedang pada posisi tren menguat karena perbaikan ekonomi di Amerika Serikat dan sejumlah dinamika geopolitik global.

"Jadi kita hanya bisa mengendalikan stabilitas rupiah melalui suku bunga acuan itu. Tapi ya risikonya (jika suku bunga naik di atas 25 bsp) ekonomi kita tidak bisa tumbuh di atas 5 persen," ujar Lana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggota DPR Minta OJK Tangani Aduan Layanan Paylater

Anggota DPR Minta OJK Tangani Aduan Layanan Paylater

Whats New
Kenaikan Suku Bunga BI Tidak Serta Merta Menahan Laju Pertumbuhan Ekonomi

Kenaikan Suku Bunga BI Tidak Serta Merta Menahan Laju Pertumbuhan Ekonomi

Whats New
Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com