Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Susi Beri Kuliah Umum Tanpa Teks di Norwegia dan Disambut Meriah

Kompas.com - 08/06/2018, 05:59 WIB
Wisnu Nugroho

Penulis

Oslo, Kompas.com — Di sela-sela kunjungannya ke Norwegia, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti diminta memberi kuliah umum di Norwegian Institute of International Affairs (NUPI), Kamis (7/6/2018).

Kuliah umum di pagi hari saat musim panas di mana umumnya orang lebih memilih beraktivitas di luar ruangan karena matahari yang murah hati itu dipenuhi peserta dari berbagai kalangan dan sejumlah negara.

Sejak pukul 09.00, peserta kuliah umum sudah berdatangan. Saat Menteri Susi tiba dan rangkaian kuliah umum dilakukan sekitar pukul 09.10, pihak penyelenggara manambah kursi  untuk memberi tempat duduk bagi peserta yang berdiri.

Baca juga: Menteri Susi Menjajakan Pin di Kantor Pusat FAO di Roma

Kuliah umum dibuka oleh Kepala Komunikasi NUPI Asmund Weltzien dengan memaparkan fakta panjangnya garis pantai di Indonesia yang berada di posisi kedua di dunia. Ada sekitar 100 juta rakyat Indonesia yang hidup di sepanjang garis pantai itu.

Sebelum Menteri Susi menyampaikan kuliah umum, Direktur Kebijakan Kementerian Perikanan Norwegia Gunnar Stolvik tampil dan menggarisbawahi upaya bersama Norwegia dan Indonesia dalam urusan perikanan dan perlawanan terhadap illegal fishing.

Bicara tanpa teks

Menteri Susi kemudian tampil menyampaikan kuliah umum tanpa teks selama sekitar 1 jam dengan topik "Three Pillars of Fisheries Resources Management: Sovereignty, Sustainability and Prosperity."

Norwegian Institute of International Affairs di pusat Kota Oslo, Norwegia.Kompas.com/Wisnu Nugroho Norwegian Institute of International Affairs di pusat Kota Oslo, Norwegia.
Seluruh peserta menyimak dengan antusias pemaparan yang dibantu tampilan di layar berisi  data dan gambar pendukung. Ada beberapa peserta yang membawa anak balitanya karena tidak ingin kehilangan kesempatan bertemu Menteri Susi.

Menteri Susi memaparkan awal perjalanannya di Kementerian Kelautan dan Perikanan yang tidak mudah.

Baca juga: Susi: Pemberantasan "Illegal Fishing" Harus Didukung Teknologi Canggih

Namun, karena mendapat tugas Presiden Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dan menjadikan laut sebagai masa depan Indonesia, Menteri Susi mencoba mewujudkannya dengan menyelesaikan masalah yang menjadi penghambat.

"Laut Indonesia sangat subur. Namun, karena pencurian ikan, penangkapan ikan tanpa pelaporan dan penangkapan ikan tanpa aturan membuat kesuburan itu hilang," ujar Menteri Susi menyebut Illegal, Unreported and Unregulated Fishing (IUUF).

Menteri Susi lantas menjelaskan langkahnya membenahi pencurian ikan itu dengan menetapkan aturan sesuai undang-undang dengan penenggelaman kapal-kapal ilegal di perairan Indonesia.

Ditentang di dalam

Meskipun mendapat tentangan dari sejumlah pihak bahkan dari beberapa orang di dalam pemerintahan, Kementerian Kelautan dan Perikanan tetap konsisten, tanpa pandang bulu dan tanpa kompromi dalam menegakkan aturan.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memberi kuliah umum di Norwegian Institute of International Affairs, Oslo, Kamis (7/6/2018).Kompas.com/Wisnu Nugroho Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti memberi kuliah umum di Norwegian Institute of International Affairs, Oslo, Kamis (7/6/2018).
Dampaknya cukup terasa dengan peningkatan stok ikan tahun 2015 di angka 6,5 juta ton menjadi 12,5 juta tondi tahun 2016 . "Tahun 2017, minimal angkanya 13 juta ton," ujar Menteri Susi.

Halaman:


Terkini Lainnya

KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

KB Bank Sukses Pertahankan Peringkat Nasional dari Fitch Ratings di Level AAA dengan Outlook Stabil

BrandzView
Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 per Kilogram

Harga Acuan Penjualan Gula Naik Jadi Rp 17.500 per Kilogram

Whats New
Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Pertama di Asia, Hong Kong Setujui ETF Bitcoin

Whats New
Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Sebanyak 109.105 Kendaraan Melintasi Tol Solo-Yogyakarta Saat Mudik Lebaran 2024

Whats New
HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

HUT Ke-63, Bank DKI Sebut Bakal Terus Dukung Pembangunan Jakarta

Whats New
Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Daftar 17 Entitas Investasi Ilegal Baru yang Diblokir Satgas Pasti

Whats New
BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

BI Banten Distribusikan Uang Layak Edar Rp 3,88 Triliun Selama Ramadan 2024, Pecahan Rp 2.000 Paling Diminati

Whats New
Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Satgas Pasti Blokir 537 Pinjol Ilegal dan 48 Penawaran Pinpri

Whats New
Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Luhut: Apple Tertarik Investasi Kembangkan AI di IKN, Bali, dan Solo

Whats New
Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Dollar AS Melemah, Kurs Rupiah Masih Bertengger di Rp 16.100

Whats New
Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Hilirisasi Nikel, Bagaimana Dampaknya bagi Pertumbuhan Ekonomi?

Whats New
Bandara VVIP IKN Bakal Dioperasikan Terbatas Saat Upacara 17 Agustus

Bandara VVIP IKN Bakal Dioperasikan Terbatas Saat Upacara 17 Agustus

Whats New
Kopi Tuku Buka Kedai 'Pop-up' Pertamanya di Korsel

Kopi Tuku Buka Kedai "Pop-up" Pertamanya di Korsel

Whats New
PT GNI Gelar Penyuluhan Kesehatan Guna Perbaiki Kualitas Hidup Masyarakat Morowali Utara

PT GNI Gelar Penyuluhan Kesehatan Guna Perbaiki Kualitas Hidup Masyarakat Morowali Utara

Whats New
Dollar AS Menguat, Perusahaan Berorientasi Ekspor Merasa Diuntungkan

Dollar AS Menguat, Perusahaan Berorientasi Ekspor Merasa Diuntungkan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com