JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memastikan perkembangan terkini berupa kebijakan bank-bank sentral di seluruh dunia akan jadi bahasan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI akhir Juni mendatang.
Kebijakan bank sentral yang jadi sorotan khususnya Federal Reserve (The Fed) di Amerika Serikat dan European Central Bank (ECB), salah satunya terkait kenaikan suku bunga The Fed baru-baru ini.
"Kami cermati perkembangan-perkembangan lain, dari The Fed bahwa sekarang probabilitas tahun ini 4 kali naik lebih besar. Sebelumnya, probabilitas 3 kali," kata Perry saat acara Open House di kediamannya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (15/6/2018).
(Baca: The Fed Naikkan Suku Bunga, Wall Street Ditutup Merah)
Perry menjelaskan, langkah konkret dari BI menanggapi kenaikan suku bunga The Fed akan disampaikan setelah ada hasil dari RDG yang dijadwalkan pada tanggal 27 sampai 28 Juni.
Ia mengaku sudah memonitor arah kebijakan ECB, di mana mereka berencana mengurangi quantitative easing mulai bulan September.
(Baca: Ini Respon Indeks Utama Wall Street atas Kebijakan Moneter Uni Eropa)
Dia kembali menegaskan, prioritas utama BI tetap pada stabilitas mata uang rupiah yang dilakukan melalui kebijakan yang bersifat pre-emptive, front-loading, maupun ahead the curve.
Usai RDG mendatang, Perry menegaskan tidak tertutup kemungkinan BI akan menaikkan suku bunga atau BI 7-Day Repo Rate lagi, seperti yang telah dilakukan sebelumnya.
"Tentu bisa dalam bentuk kebijakan suku bunga, diikuti juga dengan relaksasi kebijakan makroprudensial yang dalam bentuk LTV (Loan to Value)," tutur Perry.
BI 7-Day Repo Rate kini ditetapkan sebesar 4,75 persen sebagai hasil keputusan RDG bulanan pada 17 Mei dan RDG tambahan 30 Mei lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.