Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

India Akan Berlakukan Tarif Untuk Produk Amerika

Kompas.com - 18/06/2018, 08:54 WIB
Mutia Fauzia,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

NEW DELHI, KOMPAS.com - India telah mengajukan kepada World Trade Organization (WTO) untuk meningkatkan tarif impor 30 jenis produk Amerika Serikat.

Pihak India mengatakan, nilai tersebut setara dengan nilai tarif untuk alumunium dan baha yang diberlakukan AS pada Maret lalu.

Produk AS yang akan dikenai tarif oleh India di antaranya adalah almond Amerika, walnut, apel, dan juga beberapa produk kimia dan juga logam.

Selain itu, India juga akan memberlakukan tarif untuk motor asal Amerika, meskipun Presiden Trump telah berulang kali menentang hal tersebut.

(Baca: Trump Resmi Memberlakukan Tarif 25 Persen Produk China)

Pengajuan yang dilakukan oleh India kepada WTO dilakukan pada 14 Juni 2018 lalu, memperbarui pengajuan daftar produk yang akan dikenai tarif yang telah dilakukan pada 18 Mei 2018, sebagai bentuk komplain terhadap penerapan tarif dagang untuk baja oleh AS.

Pemerintah India mengatakan, kebijakan tarif untuk produk AS ini akan mulai diberlakukan pada 21 Juni mendatang.

Selain itu, pemerintah pun membuka pintu selebar-lebarnya terhadap kemungkinan untuk kembali meningkatkan tarif impor lebih tinggi.

"India memiliki hak untuk menyesuaikan produk-produk tertentu yang akan dikenai tarif, India juga berhak untuk menyesuaikan tarif tambahan yang akan dikenakan pada produk tersebut," sebut Pemerintah India dalam keterangan tertulisnya, dikutip melalui CNNMoney, Senin (18/6/2018).

(Baca: China Balas Ancam Berlakukan Tarif Produk Energi dari Amerika Serikat)

Adapun nilai ekspor baja dan alumunium dari India untuk Amerika mencapai 1,2 miliar dollar AS.

Sementara, AS menjual arang dan jasa kepada India, senilai 42 miliar dollar AS, berdasarkan data US Trade Representative pada 2018.

Nilai tersebut menunjukkan, terdapat defisit perdagangan antara perdagangan AS dan India hingga 30,8 miliar dollar AS.

Sebagai informasi, meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dengan negara-negara mitra dagangnya telah terjadi beberapa minggu belakangan ini.

(Baca: IMF Mendung yang Menggelayuti Ekonomi Dunia Semakin Gelap)

Pada Jumat, (15/6/2018) lalu China menuduh AS telah lebih dahulu menyatakan perang dagang dengan memberlakukan tarif sebesar 25 persen untuk 50 miliar dollar AS produk China.

Pemerintah China pun mengatakan akan segera membalas AS dengan memberlakukan hal yang sama terhadap produk AS.

Pergerakan-pergerakan ini semakin meningkatkan kekhawatiran akan perang dagang yang semakin intensif, dan akan merugikan konsumen, perusahaan, serta ekonomi global.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com