WONOSOBO, KOMPAS.com - Java Balloon Festival 2018 yang pertama kalinya diadakan di Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah, Selasa (19/6/2018), berpotensi menggerakkan perekonomian daerah bila menjadi agenda wisata tahunan.
Pelaksanaan festival tersebut awalnya merupakan upaya pemerintah dalam menekan tingginya temuan balon udara yang diterbangkan secara liar hingga membahayakan keselamatan penerbangan.
"Kegiatan ini merupakan inovasi baru dalam memberikan hiburan penerbangan balon udara kepada masyarakat tanpa mengganggu tradisi yang ada. Selain itu, acara seperti ini juga dapat meningkatkan ekonomi warga setempat," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Agus Santoso, kepada pewarta di lokasi festival, Selasa.
Festival Balon Udara memang menarik minat warga setempat. Bahkan, keramaian juga membuat pedagang menggelar lapak di lokasi festival mulai dari makanan hingga pernak-pernik.
Dari tradisi menjadi potensi ekonomi
Pelepasan balon udara bagi warga Jawa Tengah merupakan tradisi turun temurun menyambut 1 Syawal.
Dahulu, setiap keluarga dari satu rumah bisa membuat balon udara kecil dan menerbangkannya sendiri.
Lama kelamaan, kebiasaan itu berkembang hingga muncul komunitas yang secara serius membuat balon berukuran besar lengkap dengan hiasan dan corak yang khas.
Anggota komunitasnya yang berjumlah 10 orang juga menyiapkan dana untuk membuat balon yang berbahan dasar kertas minyak itu.
"Kami patungan buat bikin balon sekitar Rp 800.000. Biayanya bervariasi, tergantung kreativitas dan bahan apa yang dipakai," tutur Vicky.
Vicky dan teman-temannya mengungkapkan tidak masalah mengeluarkan uang sendiri untuk membuat balon udara.
Merekapun berharap dari tradisi yang sudah ada, warga bersama pemerintah bisa sama-sama membuatnya jadi potensi pariwisata yang menarik turis domestik maupun mancanegara.
"Ya siapa tahu bisa jadi kayak (festival balon) di luar negeri," ujar Vicky.